KISAH YANG BENAR-BENAR INSPIRATIF !
Baca sampe selesai
Cerita
ringan, dialog antara Ust. Yusuf Mansur dengan Security POM Bensin.
Agak panjang, tapi percaya deh enak kok dibacanya . SEMOGA BERMANFAAT
Banyak yang mau berubah, tapi memilih jalan mundur. Andakah orangnya?
Satu
hari saya jalan melintas di satu daerah. Tetidur di dalam mobil. Saat
terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir
saya: "Nanti di depan ke kiri ya". "Masih banyak, Pak Ustadz". Saya
paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan.
Saya
pengen pipis. Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang
sekuriti. "Pak Ustadz!". Dari jauh ia melambai dan mendekati saya. Saya
menghentikan langkah. Menunggu beliau. "Pak Ustadz, alhamdulillah nih
bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja.". Saya
senyum aja. Ga ke-geeran, insya Allah, he he he. "Saya ke toilet dulu
ya". "Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?" "Saya buru-buru loh.
Tentang apaan sih?". "Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz". Sejurus
kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang "berhentiin" saya.
Lagi
enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu pom
bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu
bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali "target operasi" dakwah hari
ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya. Saya katakan pada
sekuriti yang mulia ini, "Ok, ntar habis dari toilet ya".
***
"Jadi,
pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?", tanya saya membuka
percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau
ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart nya yang
dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan. "Gaji mah ada Ustadz. Tapi
masa gini-gini aja?"
"Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya
gitu-gitu aja, ya emang udah begitu. Distel kayak apa juga, agak susah
buat ngerubahnya". "Wah, ustadz langsung nembak aja nih". Saya meminta
maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah.
Tapi
umumnya begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama Allah ga
mau mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi ibadah dari dulu ya
begitu-begitu saja. "Udah shalat ashar?" "Barusan Pak Ustadz. Soalnya
kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya ga? Ya saya pikir sama
saja". "Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karena situ pikir kerja situ
adalah juga ibadah?" Sekuriti itu senyum aja. Disebut jujur mengatakan
itu, bisa ya bisa tidak. Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar
menganggap kerjaannya ibadah, tapi bisa juga ga. Cuma sebatas omongan
doangan. Lagian, kalo nganggap kerjaan-kerjaan kita ibadah, apa yang
kita lakukan di dunia ini juga ibadah, kalau kita niatkan sebagai
ibadah.
Tapi, itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau
ibadah wajibnya, tetap nomor satu. Kalau ibadah wajibnya nomor tujuh
belas, ya disebut bohong dah tuh kerjaan adalah ibadah. Misalnya lagi,
kita niatkan usaha kita sebagai ibadah, boleh ga? Bagus malah. Bukan
hanya boleh. Tapi kemudian kita menerima tamu sementara Allah datang.
Artinya kita menerima tamu pas waktu shalat datang, dan kemudian kita
abaikan shalat, kita abaikan Allah, maka yang demikian masihkah pantas
disebut usaha kita adalah ibadah?
Apalagi kalau kemudian hasil
kerjaan dan hasil usaha, buat Allah nya lebih sedikit ketimbang buat
kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya perlu dipikirin lagi tuh
sebutan-sebutan ibadah. "Disebut barusan itu maksudnya jam setengah
limaan ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini", saya
mengejar. "Ya, kurang lebih dah". Saya mengingat diri saya dulu yang
dikoreksi oleh seorang faqih, seorang 'alim, bahwa shalat itu kudu
tepat waktu. Di awal waktu. Tiada disebut perhatian sama Yang Memberi
Rizki bila shalatnya tidak tepat waktu.
Aqimish shalaata
lidzikrii, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita
bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Entar-entaran. Itu kan jadi
sama saja dengan mengentar-entarkan mengingat Allah. Maka lalu saya
ingatkan sekuriti yang entahlah saya merasa he is the man yang Allah
sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya. "Gini
ya Kang. Kalo situ shalatnya jam setengah lima, memang untuk mengejar
ketertinggalan dunia saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu setengah jam
andai ashar ini kayak sekarang, jam tiga kurang dikit.
Bila
dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan
sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka
berapa jarak ketertinggalan kita tuh? 5x satu setengah jam, lalu dikali
sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikali
lagi sekian tahun kita telat. Itu baru telat saja, belum kalo
ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih bahayanya lagi kalau
bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja mestinya kita dari
senang".
Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin.
Dari raut mukanya, nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga
saudara-saudara ya? He he he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini
kudu nanya paham apa engga sama lawan bicara? Saya katakan pada dia.
Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat shalatnya, maka kawan-kawan
selitingnya mah udah di mana, dia masih seperti diam di tempat. Bila
seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang buka usaha, sementara yang
satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya, bisa jadi sebab
ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.
Dan saya
mengingatkan kepada Anda sekalian untuk tidak menggunakan mata
telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung
jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu
yang rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah. Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa
diurai satu-satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan
yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan
yang demikian.
Kembali kepada si sekuriti, saya tanya, "Terus,
mau berubah?" "Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz
nih, kalo ga serius?" "Ya udah, deketin Allah dah. Ngebut ke Allah
nya". "Ngebut gimana?" "Satu, benahin shalatnya. Jangan setengah
lima-an lagi shalat asharnya. Pantangan telat. Buru tuh rizki dengan
kita yang datang menjemput Allah. Jangan sampe keduluan Allah". Si
sekuriti mengaku mengerti, bahwa maksudnya, sebelum azan udah standby di
atas sajadah. Kita ini pengen rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang
Bagi-bagiin rizki.
Contohnya ya pekerja-pekerja di tanah air
ini. Kan aneh. Dia pada kerja supaya dapat gaji. Dan gaji itu rizki.
Tapi giliran Allah memanggil, sedang Allah lah Tuhan yang sejatinya
menjadikan seseorang bekerja, malah kelakuannya seperti ga menghargai
Allah. Nemuin klien, rapih, wangi, dan persiapannya masya Allah. Eh,
giliran ketemu Allah, amit-amit pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak
segan-segan menunjukkan wajah dan fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal
sama Allah. "Yang kedua," saya teruskan. "Yang kedua, keluarin
sedekahnya". Saya inget betul. Sekuriti itu tertawa. "Pak Ustadz,
pegimana mau sedekah, hari gini aja nih, udah pada habis belanjaan.
Hutang di warung juga terpaksa dibuka lagi,. Alias udah mulai ngambil
dulu bayar belakangan".
"Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan beban. Emang gajinya berapa?" "Satu koma tujuh, Pak ustadz".
"Wuah,
itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering
sebut orang kecil, itu udah gede". "Yah, pan kudu bayar motor, bayar
kontrakan, bayar susu anak, bayar ini bayar itu. Emang ga cukup Pak
ustadz". "Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?" "Kerjanya sih
udah tujuh taon. Tapi gede gaji bukan karena udah lama kerjanya. Saya
ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz".
"Koq bisa?" "Ya,
sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu sampe
ketemu angka 1,7jt". "Terus, kenapa masih kurang?" "Ya itu, sebab saya
punya tanggungan banyak". "Secara dunianya, lepas aja itu tanggungan.
Kayak motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan ga perlu?" "Pengen
kayak orang-orang Pak Ustadz". "Ya susah kalo begitu mah. Pengen kayak
orang-orang, motornya. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan
kebaikannya. Repot". Sekuriti ini nyengir. Emang ini motor kalo
dilepas, dia punya 900 ribu.
Rupanya angsuran motornya itu 900
ribu. Ga jelas tuh darimana dia nutupin kebutuhan dia yang lain.
Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air dan listrik. Kalo ngelihat
keuangan model begini, ya nombok dah jadinya. "Ya udah, udah
keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?" "Mau Ustadz. Saya
benahin dah". "Bareng sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat
sendal, lakukan berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin.
Ikutan semuanya ngebenahin shalat". "Siap ustadz". "Tapi sedekahnya
tetap kudu loh". "Yah Ustadz. Kan saya udah bilang, ga ada". "Sedekahin
aja motornya. Kalo engga apa keq". "Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang
ini motor. Susah lagi belinya. Tabungan juga ga ada. Emas juga ga
punya".
Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak
dia. Tapi saya akan cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin
shalatnya saja, tapi sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu
akan muncul. Setidaknya menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah
berkehendak lain. Ya lain soal itu mah. Sebentar kemudian saya bilang
sama ini sekuriti, "Kang, kalo saya unjukin bahwa situ bisa sedekah,
yang besar lagi sedekahnya, situ mau percaya?". Si sekuriti mengangguk.
"Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau ngejalanin?". Sekuriti ini
ngangguk lagi. "Selama saya bisa, saya akan jalanin," katanya, manteb.
"Gajian bulan depan masih ada ga?" "Masih. Kan belum bisa diambil?"
"Bisa. Dicoba dulu". "Entar bulan depan saya hidup pegimana?" "Yakin ga
sama Allah?" "Yakin". "Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake
kalau". Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon. Untuk sedekah.
Sedapetnya. Tapi usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran
sedekahnya. Sehingga perubahannya berasa. Dia janji akan ngebenahin
mati-matian shalatnya. Termasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat
hajatnya, shalat dhuha dan tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di
waktu senggang untuk baca Al Qur'an.
Perasaan udah lama banget
dia emang ga lari kepada Allah. Shalat Jum'at aja nunggu komat, sebab
dia sekuriti. Wah, susah dah. Dan itu dia aminin. Itulah barangkali
yang sudah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi sekuriti
sekian tahun, padahal dia Sarjana Akuntansi! Ya, rupanya dia ini Sarjana
Akuntansi. Pantesan juga dia ga betah dengan posisinya sebagai
sekuriti. Ga kena di hati. Ga sesuai sama rencana. Tapi ya begitu dah
hidup. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Yang penting kerja dan ada
gajinya.
Bagi saya sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan.
Asal keinginan itu keinginan yang diperbolehkan, masih dalam
batas-batas wajar. Dan ga apa-apa juga memimpikan sesuatu yang belom
kesampaian sama kita. Asal apa? Asal kita barengin dengan peningkatan
ibadah kita. Kayak sekarang ini, biarin aja harga barang pada naik. Ga
usah kuatir. Ancem aja diri, agar mau menambah ibadah-ibadahnya.
Jangan malah berleha-leha. Akhirnya hidup kemakan dengan tingginya
harga,. Ga kebagian.
***
Sekuriti ini kemudian maju ke
atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat apa? Dia nyengir ga jawab.
Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol. Satu koma tujuh. Semuanya.
"Mana bisa?" kata komandannya. "Ya Pak, saya kan ga pernah kasbon. Ga
pernah berani. Baru ini saya berani". Komandannya terus mengejar, buat
apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini jawab dengan menceritakan
pertemuannya dengan saya. Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan
untuk ketemu langsung sama ownernya ini pom bensin. Katanya, kalau pake
jalur formal, dapet kasbonan 30% aja belum tentu lolos cepet.
Alhamdulillah, bos besarnya menyetujui. Sebab komandannya ini ikutan
merayu, "Buat sedekah katanya Pak", begitu kata komandannya.
Subhaanallaah,
satu pom bensin itu menyaksikan perubahan ini. Sebab cerita si
sekuriti ini sama komandannya, yang merupakan kisah pertemuannya dengan
saya, menjadi kisah yang dinanti the end story nya. Termasuk dinanti
oleh bos nya. "Kita coba lihat, berubah ga tuh si sekuriti nasibnya",
begitu lah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini
ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.
Hari
demi hari, sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul
shalatnya. Tepat waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah
sunnahnya. Bos nya yang mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat
kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh
begini. Apalagi kenyataannya si
sekuriti ga mengurangi
kedisiplinan kerjaannya. Malah tambah cerah muka nya. Sekuriti ini
mengaku dia cerah, sebab dia menunggu janjinya Allah. Dan dia tahu
janji Allah pastilah datang. Begitu katanya, menantang ledekan
kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin shalat dan sedekah, asal
dengan catatan dia berhasil dulu.
Saya ketawa mendengar dan
menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya demen ama yang
begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam. Dan
barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti.
Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum
punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah
pasti tidak akan mempermalukannya juga, sebagaimana Allah tidak akan
mempermalukan si sekuriti.
Suatu hari bos nya pernah berkata,
"Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga kasbon saja, berarti dia berhasil.
Tapi kalo dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa
sedekah 1 bulan gaji di depan yang diambil di muka, kalau kemudian kas
bon. Percuma". Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan berikutnya, si
sekuriti ini ga kasbon.
Berhasil kah? Tunggu dulu. Kawan-kawannya
ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi, tidak kasbonnya dia ini,
sebab kata mereka barangkali aman sebab jual motor. Bukan dari
keajaiban mendekati Allah. Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si
sekuriti ini sesuatu urusan yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya.
"Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan loh. Yang lain bakalan gajian.
Sedang situ kan udah diambil bulan kemaren".
Sekuriti ini bilang
tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo ampe pertengahan
bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si sekuriti ini
benar-benar bikin bengong orang pada. Sebab apa? Sebab kata si sekuriti,
pasca dia benahin shalatnya, dan dia sedekah besar yang belum pernah
dia lakukan seumur hidupnya, yakni hidupnya di bulan depan yang dia
pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di kampung, ada transaksi tanah, yang
melibatkan dirinya. Padahal dirinya ga trlibat secara fisik. Sekedar
memediasi saja lewat sms ke pembeli dan penjual. Katanya, dari
transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat. Bahkan lebih.
Dia
sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya komisi penjualan tanah
di kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi begitu cepat. Sampe-sampe
bulan kemaren juga belum selesai. Masih tanggalan bulan kemaren,
belum berganti bulan. Kata si sekuriti, sadar kekuatannya ampe kayak
gitu, akhirnya dia malu sama Allah. Motornya yang selama ini dia
sayang-sayang, dia jual! Uangnya melek-melek buat sedekah. Tuh motor
dia pake buat ngeberangkatin satu-satunya ibunya yang masih hidup.
Subhaanallaah kan? Itu jual motor, kurang. Sebab itu motor dijual cepat
harganya ga nyampe 13 juta. Tapi dia tambahin 12 juta dari 17jt uang
cash yang dia punya. Sehingga ibunya punya 25 juta. Tambahannya dari
simpenan ibunya sendiri.
Si sekuriti masih bercerita, bahwa dia
merasa aman dengan uang 5 juta lebihan transaksi. Dan dia merasa ga
perlu lagi motor. Dengan uang ini, ia aman. Ga perlu kasbon. Mendadak
si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua karyawannya, dan
menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya
selama 1 bulan setengah ini. Apakah cukup sampe di situ perubahan yang
trjadi pada diri si sekuriti?
Engga. Si sekuriti ini kemudian
diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi.
Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain, dan dijadikan staff
keuangan di sana. Masya Allah, masya Allah, masya Allah. Berubah,
berubah, berubah. Saudara-saudaraku sekalian. Cerita ini bukan sekedar
cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal
keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid,
keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu
berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan!
Begitu saya
mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit
mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini dipake sama dia,
dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya,
buat perubahan hidupnya. Subhaanallaah, masya Allah. Dan lihat juga
cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai
pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya
kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak
suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang
sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada
rutinitas dunia.
Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi
manusia-manusia pembelajar. Pertanyaan ini juga layak juga diajukan
kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai ini? Apa yang
ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti
ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisa kah kita bertemu dengan
orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya juga buat saya tidak
gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya prinsip
hidup yang berbeda. Di antara semua peserta
KuliahOnline saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini.
Sebagiannya
memilih diam saja, dan sebagiannya lagi memilih menceritakan ini
kepada satu dua orang saja, dan hanya orang-orang tertentu saja yang
memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh. Dan memang
bukan
apa-apa, ketika sudah dipublish, memang tidak gampang buat seseorang
menempatkan dirinya untuk menjadi contoh. Yang lebih penting buat kita
sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini mengisnpirasikan kita semua
untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah ini. Kita ngebut
engebut2nya menuju Allah. Yang merasa dosanya banyak, sudah, jangan
terus-terusan meratapi dosanya.
Kejar saja ampunan Allah dengan
memperbanyak taubat dan istighfar, lalu mengejarnya dengan amal saleh.
Persis seeperti yang kemaren-kemaren juga dijadikan statement esai
penutup.
Sumber : disini
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..