NASAB NABI MUHAMMAD SAW
Beliau
adalah Abu al-Qasim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin
Hasyim bin Abdimanaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaima bin
Mudrikah bin Ilyas bin bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin Adnan bin Udad
bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya’rub bin Yasyjub bin Nabit
bin Ismail bin Ibrahim “Kekasih Allah” (alaihima as-salam) bin Tarih
atau Azar bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh
bin bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh (alaihis salam) bin Lamk bin
Mutusyalkh bin Akhnukh — yaitu Nabi Idris keturunan Nabi Adam yang
pertama menjadi nabi dan yang menulis dengan pena — bin Yarda bin Mahlil
bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam alaihissalam.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah.
Ibu Rasulullah SAW
Ibunya adalah Aminah binti Wahb bin Abdimanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib.
Ibunya adalah Aminah binti Wahb bin Abdimanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib.
Kelahiran Rasulullah saw
Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun Gajah bulan Rabiul Awal, tanggal dua, hari Senin.
Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau dilahirkan setelah tiga puluh tahun dari tahun gajah. Sebagian lagi mengatakan setelah empat puluh tahun dari tahun gajah. Pendapat yang benar adalah pada tahun gajah.
Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun Gajah bulan Rabiul Awal, tanggal dua, hari Senin.
Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau dilahirkan setelah tiga puluh tahun dari tahun gajah. Sebagian lagi mengatakan setelah empat puluh tahun dari tahun gajah. Pendapat yang benar adalah pada tahun gajah.
Kematian ayah, ibu, dan kakeknya
Ayahnya meninggal dunia ketika ia berusia dua puluh delapan bulan. Menurut sebagian ulama usianya tujuh bulan ketika ayahnya meninggal. Ada lagi yang berpendapat bahwa ayahnya meninggal di perkampungan an-Nabighah ketika ia masih janin. Dan dikatakan pula bahwa ayahnya wafat di daerah Abwa yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Abu Abdillah Zubair bin Bakkar az-Zubairi berkata: Abdullah bin Abdul Mutthalib wafat di Madinah ketika Muhammad berusia dua bulan.
Sedangkan ibunya meninggal dunia ketika ia berusia empat tahun. Sementara kakeknya meninggal dunia ketika usia Muhammad delapan tahun. Dikatakan pula bahwa ibunya wafat ketika ia berusia enam tahun.
Ayahnya meninggal dunia ketika ia berusia dua puluh delapan bulan. Menurut sebagian ulama usianya tujuh bulan ketika ayahnya meninggal. Ada lagi yang berpendapat bahwa ayahnya meninggal di perkampungan an-Nabighah ketika ia masih janin. Dan dikatakan pula bahwa ayahnya wafat di daerah Abwa yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Abu Abdillah Zubair bin Bakkar az-Zubairi berkata: Abdullah bin Abdul Mutthalib wafat di Madinah ketika Muhammad berusia dua bulan.
Sedangkan ibunya meninggal dunia ketika ia berusia empat tahun. Sementara kakeknya meninggal dunia ketika usia Muhammad delapan tahun. Dikatakan pula bahwa ibunya wafat ketika ia berusia enam tahun.
Penyusuan Rasulullah SAW
Muhammmad disusui oleh Tsuwaibah budak Abu Lahab bersama dengan penyusuan Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi dengan air susu anaknya yang bernama Masruh.
Kemudian Muhammad disusui oleh Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyah.
Muhammmad disusui oleh Tsuwaibah budak Abu Lahab bersama dengan penyusuan Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi dengan air susu anaknya yang bernama Masruh.
Kemudian Muhammad disusui oleh Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyah.
Nama-nama Rasulullah SAW
Jubair bin Mut’im berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya adalah Muhammad, saya adalah Ahmad, saya adalah al-Mahi yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekufuran, saya adalah al-Hasyir yang mengumpulkan manusia, saya adalah al-A’qib yang tidak ada nabi lagi setelahku.’” (Hadits sahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Abu Musa Abdullah bin Qais berkata: “Rasulullah SAW memberikan dirinya beberapa nama di antaranya ada yang kami hafal. Beliau mengatakan: ‘Saya Muhammad, saya Ahmad, saya al-Muqaffi, saya Nabi taubat dan Nabi rahmat.’ Dalam riwayat lain: ‘dan Nabi peperangan.’ Hadits sahih diriwayatkan oleh Muslim.
Jabir bin abdillah berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya Ahmad, saya Muhammad, saya al-Hasyir (yang mengumpulkan), saya al-Mahi (yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekefuran), dan pada hari kiamat nanti panji kemuliaan berada di tanganku. Aku pemimpin para rasul dan pemilik syafaat mereka.”
Allah SWT memberikan nama kepadanya di dalam Al-Quran dengan nama Basyir (pembawa kabar baik), Nadzir (pembawa berita buruk), Rauf (lemah lembut), Rahim (penyayang), dan Rahmatan lilalamin (pembawa rahmat buat alam semesta).
Jubair bin Mut’im berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya adalah Muhammad, saya adalah Ahmad, saya adalah al-Mahi yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekufuran, saya adalah al-Hasyir yang mengumpulkan manusia, saya adalah al-A’qib yang tidak ada nabi lagi setelahku.’” (Hadits sahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Abu Musa Abdullah bin Qais berkata: “Rasulullah SAW memberikan dirinya beberapa nama di antaranya ada yang kami hafal. Beliau mengatakan: ‘Saya Muhammad, saya Ahmad, saya al-Muqaffi, saya Nabi taubat dan Nabi rahmat.’ Dalam riwayat lain: ‘dan Nabi peperangan.’ Hadits sahih diriwayatkan oleh Muslim.
Jabir bin abdillah berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya Ahmad, saya Muhammad, saya al-Hasyir (yang mengumpulkan), saya al-Mahi (yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekefuran), dan pada hari kiamat nanti panji kemuliaan berada di tanganku. Aku pemimpin para rasul dan pemilik syafaat mereka.”
Allah SWT memberikan nama kepadanya di dalam Al-Quran dengan nama Basyir (pembawa kabar baik), Nadzir (pembawa berita buruk), Rauf (lemah lembut), Rahim (penyayang), dan Rahmatan lilalamin (pembawa rahmat buat alam semesta).
Istri-Istri Rasulullah Setelah Siti Khadijah wafat :
1. Saudah binti Zam'ah
2. Aisyah binti Abu Bakar
3. Hafshah binti Umar bin Khatab
4. Ummu Habibah binti Abu Sufyan
5. Ummu Salamah Hindun binti Abi Umayyah
6. Zainab binti Jahsyin
7. Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhiror
8. Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab
9. Maimunah binti Al-Harits Al-Hilaliyah
Keturunan Rasulullah dari Siti Khadijah :
a. Putra
Al-Qasim, Abdullah & Thayyib
Ketiganya meninggal waktu usia masih kecil
b. Putri
-Zainab menikah dgn Abil Aash ibnu Rabi' bin Abdus Syam
-Ruqayah menikah dgn Utbah bin Abi Lahab
-Ummu Kaltsum menikah dgn Utaibah bin Abi Lahab
-Fatimah Az-Zahra menikah dgn sayidina Ali bin Abi Thalib r.a
* JARAK KELAHIRAN NABI *
Rasulullah lahir pd tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah / 20 Nisaan (April) 571 M.
Jarak antara kelahiran Nabi :
Muhammad SAW-Isa a.s : 571 tahun
Isa a.s-wafatnya Musa a.s : 1716 tahun
Musa a.s-Ibrahim a.s : 545 tahun
Ibrahim a.s-air bah masa Nuh a.s : 1080 tahun
Air bah Nuh a.s-Adam a.s : 2242 tahun
Jarak Rasulullah-Adam a.s : 6155 tahun
Berdasarkan riwayat yg masyhur dari para sejarawan
SIAPAKAH HABIB ITU
Habaib
Sebutan/gelar habib di kalangan Arab Indonesia dinisbatkan secara khusus terhadap keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah AzZahra dan Ali Bin Abi Thalib. Habib yang datang ke Indonesia mayoritas adalah keturunan Husain bin Fatimah binti Muhammad. Diperkirakan di Indonesia terdapat sebanyak 1,2 juta orang yang masih hidup yang berhak menyandang sebutan ini.Di Indonesia, habib semuanya memiliki moyang yang berasal dari Yaman . khususnya Hadramaut .Berdasarkan catatan organisasi yang melakukan pencatatan silsilah para habib ini, Ar-Rabithah,ada sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang dapat menyandang gelar ini (disebut muhibbin) dari 114 marga. Hanya keturunan laki-laki saja yang berhak menyandang gelar habib.
Habaib atau Syarif dahulu kala disebut dengan panggilan Suna, yang dijuluki untuk Wali Songo khususnya di negeri Indonesia kita ini. Habaib adalah cucu keturunan Nabi Muhammad SAW dari anak putri Nabi Muhammad SAW yang bernama Sayyidatina Fatimah. Sebagaimana yang tertera di dalam sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini :
“Semua nasab itu dari laki-laki, kecuali nasab ku dari Fatimah putriku”
Lalu dari hasil pernikahan Sayyidatina Fatimah dengan Sayidina Ali ra, lahirlah 2 orang putra yang bernama Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein, dan dari keduanya memiliki keturunan sampai hari Kiamat. Dari garis keturunan Sayyidina Hasan yang dikenal keturunannya yaitu Tuan Syekh Abdul Qadir Al Jailani, serta dari garis keturunan Sayyidina Husein seperti diantaranya disebut dengan Assegaf, Al Haddad, Al Idrus, Al Atthos, Syekh Abu Bakar dan masih banyak lagi yang lainnya, mereka semua itu disebut dengan Habaib.
Habaib adalah penerus mutlak cucu Nabi Muhammad SAW, Habaib di seluruh dunia ini diakui ilmunya yang rata-rata bermazhab Ahli Sunnah Wal Jama’ah dan lebih banyak bermazhab kepada Imam Syafi’I, rata-rata beliau berasal dari Negeri Yaman. Ilmu-ilmu beliau banyak dan cepat diterima oleh masyarakat dunia, khususnya di negeri indonesia. Di Hadromut (Yaman Selatan) kita mengenal Al Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad, yang mana kitab karangan beliau ini banyak digunakan oleh para ulama dari seluruh penjuru dunia khususnya di Indonesia. Kitab karangan beliau yang sering kita jumpai dan kita kenal adalah Nasahdiniyah yang artinya nasihat-nasihat agama. Begitu banyak ilmu-ilmu Rosululloh SAW yang dikarang oleh para habaib yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan hadits-hadits. Ketahuilah mencintai mereka para habaib adalah wajib dan haram hukumnya membenci mereka sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
”Barangsiapa yang mencintai keluargaku maka wajib bersamaku di dalam syurga dan barang siapa yang membenci keluargaku maka haram baginya mendapatkan syafa’atku nanti di hari kiamat”
Ingatlah mereka para habaib bagaikan bintang-bintang tanda aman ahli langit dan keluarga Nabi Muhammad SAW adalah tanda pangaman untuk ummatnya, maka kita tidak aneh bila ada para habaib pengikut mereka atau pencinta mereka makin bertambah di seluruh penjuru dunia karena mereka adalah karunia yang besar untuk ummat Nabi Muhammad SAW sebagai jalan menuju ridho Allah SWT dan tiada jalan yang lebih baik kecuali jalannya para habaib yang mengikuti kakek moyang beliau dan salaf-salaf beliau yang terpancar kebenarannya di muka bumi ini.
Sebutan/gelar habib di kalangan Arab Indonesia dinisbatkan secara khusus terhadap keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah AzZahra dan Ali Bin Abi Thalib. Habib yang datang ke Indonesia mayoritas adalah keturunan Husain bin Fatimah binti Muhammad. Diperkirakan di Indonesia terdapat sebanyak 1,2 juta orang yang masih hidup yang berhak menyandang sebutan ini.Di Indonesia, habib semuanya memiliki moyang yang berasal dari Yaman . khususnya Hadramaut .Berdasarkan catatan organisasi yang melakukan pencatatan silsilah para habib ini, Ar-Rabithah,ada sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang dapat menyandang gelar ini (disebut muhibbin) dari 114 marga. Hanya keturunan laki-laki saja yang berhak menyandang gelar habib.
Dalam
perkembangannya, khususnya di kalangan masyarakat muslim indonesia,
gelar ini tidak hanya disandang oleh para da'i dari Yaman saja, karena
warga telah memuliakan mereka sebagai pemimpin mereka tanpa melihat
asal-usul keturunan dengan alasan seorang menjadi alim tidak diakibatkan
oleh asal keturunannya. Selain itu terjadi pula pelanggaran terhadap
aturan, dengan menarik garis keturunan secara matrlineal(keturunan dari
perempuan juga diberi hak menyandang "habib") walaupun akhirnya
pernyataan ini hanyalah sebuah fitnah dari kaum orientalis untuk
menghilangkan rasa hormat masyarakat ndonesia terhadap kaum kerabat Nabi
Muhammad.
Para
habib sangat dihormati pada masyarakat muslim Indonesia karena dianggap
sebagai tali pengetahuan yang murni, karena garis keturunannya yang
langsung dari Nabi Muhammad. Penghormatan ini sangat membuat gusar para
kelompok anti-sunnah yang mengkait-kaitkan hal ini dengan bid'ah. Para
Habaib (jamak dari Habib) di Indonesia sangatlah banyak memberikan
pencerahan dan pengetahuan akan agama islam. Sudah tak terhitung jumlah
orang yang akhirnya memeluk agama islam ditangan para Habaib. Gelar lain
untuk habib adalah Sayyid. Syed, Sidi (Sayyidi), Wan (Ahlul Bait) dan bagi golongan ningrat (kerajaan) disebut Syarif/Syarifah.
Para habib terdapat pada golongan
(firqoh) Sunni maupun Syiah seperti Ayatullah Ruhollah Khomeini. Kelak
di akhir zaman, Imam Mahdi akan muncul dari keturunan Nabi Muhammad
sendiri (habib)
AHLUL BAIT
Ahlul-Bait (Bahasa Arab) adalah istilah yang berarti "Orang Rumah" atau keluarga.
Dalam
tradisi Islam istilah itu mengarah kepada keluarga Nabi Muhammad SAW.
Terjadi perbedaan dalam penafsiran baik Muslim Syi'ah maupun Sunni.
Syi'ah berpendapat bahwa Ahlul Bait mencakup lima orang yaitu Ali,
Fatimah, Hasan dan Husain sebagai anggota Ahlul Bait (di samping Nabi
Muhammad SAW). Sementara Sunni berpendapat bahwa Ahlul Bait adalah
keluarga Nabi Muhammad SAW dalam arti luas, meliputi istri-istri dan
cucu-cucunya, hingga terkadang ada yang memasukkan mertua-mertua dan
menantu-menantunya.
Istilah Ahlul Bait
Syi'ah
Kaum
Syi’ah lebih mengkhususkan istilah Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW yang
hanya mencakup Ali dan istrinya Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW beserta
putra-putra mereka yaitu al-Hasan dan al-Husain (4 orang ini bersama
Muhammad juga disebut Ahlul Kisa atau yang berada dalam satu selimut)
dan keturunan mereka.
Hal ini diperkuat pula dengan hadits-hadits seperti contoh berikut:
"Aisyah
menyatakan bahwa pada suatu pagi, Rasulullah keluar dengan mengenakan
kain bulu hitam yang berhias. Lalu, datanglah Hasan bin Ali, maka
Rasulullah menyuruhnya masuk. Kemudian datang pula Husain lalu beliau
masuk bersamanya. Datang juga Fathimah, kemudian beliau menyuruhnya
masuk. Kemudian datang pula Ali, maka beliau menyuruhnya masuk, lalu
beliau membaca ayat 33 surah al-Ahzab,
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Sunni dan Salafi
Makna
“Ahl” dan “Ahlul Bait” dalam pengertian leksikal berarti penghuni
rumah, termasuk isteri dan anak-anak. Pengertian ini dianut sebagian
kalangan Sunni dan Salafi, yang menyatakan bahwa ahlul bait Nabi
Muhammad SAW mencakup pula istri-istri, mertua-mertua, juga
menantu-menantu dan cucu-cucunya
Sufi dan sebagian Sunni
Kalangan
Sufi dan sebagian kaum Sunni menyatakan bahwa Ahlul-Bait adalah anggota
keluarga Nabi Muhammad SAW yang dalam hadits disebutkan haram menerima
zakat, seperti keluarga Ali dan Fatimah beserta putra-putra mereka
(Hasan dan Husain) serta keturunan mereka. Juga keluarga Abbas bin
Abdul-Muththalib, serta keluarga-keluarga Ja’far dan Aqil yang bersama
Ali merupakan putra-putra Abu Thalib.
Adapun risalah lengkap sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Muslim adalah sebagai berikut:
Yazid bin Hayyan berkata,
"Aku
pergi ke Zaid bin Arqam bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim.
Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam, 'Hai Zaid, kau
telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kau melihat Rasulullah, kau
mendengar sabda beliau, kau bertempur menyertai beliau, dan kau telah
shalat dengan diimami oleh beliau. Sungguh kau telah memperoleh kebaikan
yang banyak. Karena itu, sampaikan kepada kami hai Zaid, apa yang kau
dengar dari Rasulullah!'"
"Kata
Zaid bin Arqam, 'Hai kemenakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan
ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku
dengar dari Rasulullah. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu terimalah
dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah kamu memaksaku
untuk menyampaikannya.'"
"Kemudian
Zaid bin Arqam mengatakan, 'Pada suatu hari Rasulullah berdiri dengan
berpidato di suatu tempat air yang disebut Khumm antara Mekkah dan
Madinah. Ia memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan,
lalu beliau bersabda, Ketahuilah saudara-saudara bahwa aku adalah
manusia seperti kalian. Sebentar lagi utusan Tuhanku (malaikat pencabut
nyawa) akan datang lalu dia diperkenankan. Aku akan meninggalkan untuk
kalian dua hal yang berat, yaitu:) Al-Qur'an yang berisi petunjuk dan
cahaya, karena itu laksanakanlah isi Al-Qur'an dan pegangilah. (Beliau
mendorong dan mengimbau pengamalan Al-Qur'an). ) Keluargaku. Aku
ingatkan kalian agar berpedoman dengan hukum Allah dalam memperlakukan
keluargaku (tiga kali)".
Husain
bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Hai Zaid, siapa Ahlul Bait (keluarga)
Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliau Ahlul Baitnya?"
Kata
Zaid bin Arqam, "Istri-istri beliau adalah Ahlul Baitnya, tetapi Ahlul
Bait beliau adalah orang yang diharamkan menerima zakat sampai
sepeninggal beliau."
Kata Husain, "Siapa mereka itu?"
Kata Zaid bin Arqam, "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga Abbas."
Kata Husain, "Apakah mereka semua diharamkan menerima zakat?"
Jawab Zaid, "Ya''
Istilah Ahlul Kisa
Kaum
Sufi yang memiliki keterikatan dengan Ahlul Kisa, yaitu keluarga Ali
bin Abu Talib k.w. dan Fatimah az-Zahra baik secara zhahir (faktor
keturunan) dan secara bathin (do'a dan amalan) sangat mendukung
keutamaan Ahlul Kisa. Tetapi, Sufi berpendapat bahwa Ahlul Bait bukan
hanya Ahlul Kisa sesuai dengan hadits tsaqalayn. Sufi berpendapat bahwa
Ahlul Bait adalah mereka yang haram menerima zakat, yaitu keluarga Ali,
Aqil dan Ja'far (yang merupakan putra-putra Abu Thalib) dan keluarga
Abbas (HaditsShahih Muslim dari Zaid bin Arqam). Dengan demikian kaum
Sufi dalam hal kekhalifahan memiliki perbedaan tajam dengan kaum Syi'ah
Hadist Shahīh Ahlul Kisa
Shahīh Muslim, vol. 7, hal. 130
Aisyah
berkata, "Pada suatu pagi, Rasulullah saw keluar rumah menggunakan
jubah (kisa) yang terbuat dari bulu domba.Hasan datang dan kemudian
Rasulullah menempatkannya di bawah kisa tersebut. Kemudian Husain datang
dan masuk ke dalamnya. Kemudian Fatimah ditempatkan oleh Rasulullah di
sana. Kemudian Ali datang dan Rasulullah mengajaknya di bawah kisa dan
berkata,
"Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait
dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab [33]:33)
Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Manâqib
Ummu
Salamah mengutip bahwa Rasulullah SAW menutupi Hasan, Husain, Ali dan
Fatimah dengan kisa-nya, dan menyatakan, "Wahai Allah! Mereka Ahlul
Baitku dan yang terpilih. Hilangkan dosa dari mereka dan sucikanlah
mereka!"
Ummu
Salamah berkata, "Aku bertanya pada Rasulullah SAW, Wahai Rasul Allah!
Apakah aku termasuk di dalamnya?" Beliau menjawab, "Engkau berada dalam
kebaikan (tetapi tidak termasuk golongan mereka)."
Imam
Turmudzi menulis di bawah hadits ini, "Hadits ini shahīh dan bersanad
baik, serta merupakan hadits terbaik yang pernah dikutip mengenai hal
ini.
Interpretasi Syi'ah, Sunni dan Sufi
Syi'ah
Kaum
Syi'ah, khususnya Mazhab Dua Belas Imam menafsirkan bahwa Ahlul Bait
adalah "anggota rumah tangga" Nabi Muhammad SAW dan mempercayai bahwa
mereka terdiri dari: Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib, Fatimah
az-Zahra, Hasan bin Ali, dan Husain bin Ali.
Kaum
Syi'ah percaya bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait yang disucikan
sesuai dengan ayat tathîr (penyucian) (QS. Al-Ahzab [33]:33), adalah
mereka yang termasuk dalam Ahlul-Kisa yaitu Nabi Muhammad SAW, Ali,
Fatimah, Hasan dan Husain serta 9 imam berikutnya yang merupakan
keturunan dari Husain.
Sesuai
dengan hadits di atas, Syi'ah berpendapat bahwa istri-istri Nabi
Muhammad SAW tidak termasuk dalam Ahlul Bait, sebagaimana pendapat Sunni
yang memasukkan istri-istri Nabi Muhammad SAW.
Sunni dan Salafi
Kaum
Sunni juga mempercayai hadits sahih mengenai keistimewaan kedudukan
Ahlul Bait tersebut seperti kaum Syi'ah, meskipun kaum Sunni tidak
berpendapat bahwa hak kepemimpinan umat (khalifah) harus dipegang oleh
keturunan Ahlul Bait. Hadits itu juga menyatakan bahwa kedua cucu Nabi
Muhammad SAW, yaitu Hasan bin Ali dan Husain bin Ali, adalah sayyid
(pemuka).
Muhammad
bin Abdul Wahhab menolak pengistimewaan yang berlebihan terhadap
keturunan Ahlul Bait. Ini kemungkinan disebabkan karena pertentangan
mereka terhadap kaum Syi'ah, meskipun kaum Sunni pada umumnya tetap
memandang hormat terhadap para keturunan Ahlul Bait.
Kaum
Wahhabi berpendapat bahwa istilah Ahlul Bait memang hanya mencakup
keluarga Ali, akan tetapi keluarga Nabi Muhammad SAW mencakup seluruh
umat Muslim yang taat, sebab hubungan kekeluargaan tersebut adalah
berdasarkan takwa pada kepercayaan Islam, dan bukan berdasarkan pada
darah keturunan. Kaum Wahhabi percaya bahwa setiap orang yang taat
adalah bagian dari Ahlul Bait, dan bahwa beberapa orang secara khusus
disebutkan sebagai bagian daripadanya. Beberapa orang ini, adalah
istri-istri Nabi Muhammad SAW, yang menurut pendapat mereka disebutkan
di dalam Al Qur'an sebagai bagian dari Ahlul Bait.
Sufi
Kaum
Sufi menyepakati bahwa semua pendiri Tariqah Mu'tabaroh mestilah dari
golongan Ahlul Bait, yaitu berasal dari keturunan Hasan bin Ali atau
Husain bin Ali.
Para masyaikh pendiri tariqah-tariqah Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW yang merupakan golongan Ahlul Bait, misalnya:
- As-Sayyid As-Syaikh Bahau'uddin Naqsyabandi (Tariqah Naqsyabandi)
- As-Sayyid Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin 'Ali BaAlawi Al-Husaini (Tariqah Al-BaAlawi)
- As-Sayyid As-Syaikh Abdul Qadir Jilani Al-Hasani (Tariqah Qadiriyah)
- As-Sayyid As-Syaikh Ahmad bin Idris Al-Hasani (Tariqah Ahmadiyah Idrissiyah
- As-Sayyid As-Syaikh Abil Hasan Asy-Syazuli (Tariqah Syadziliyyah)
Silsilah
ajaran mereka kebanyakannya melalui Imam Ja'far ash-Shadiq, dan
semuanya mendapat sanad dari Ali bin Abi Thalib. Tariqah Naqsyabandiah
adalah satu-satunya tariqah yang juga mendapat sanad dari Abu Bakar.
Kekhalifahan
Kaum Sufi berpendapat kekhalifahan ada 2 macam, yaitu :
- Khalifah secara zhahir (Waliyyul Amri, Surat An Nisaa' ayat 59) "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." atau mereka yang menjadi kepala pemerintahan umat Islam; dan
- Khalifah secara bathin (Waliyyul Mursyid, Surat Al Kahfi ayat 17) "Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk (Waliyyan Mursyida) kepadanya." atau mereka yang menjadi pembina rohani umat Islam.
.
Khalifah zhahir
Menurut
kalangan Sufi kekhalifahan yang zhahir (lahiriah) boleh saja dipegang
oleh orang muslim yang kurang beriman atau mukmin tapi kurang bertakwa,
dalam keadaan darurat atau karena sudah takdir yang tak bisa dihindari.
Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perkataan ‘athii’ sebelum
‘waliyyul amri’, kata ‘athii’ atau taatlah hanya ditempelkan kepada
‘Allah’ kemudian ditempelkan kepada ‘Rasul’ sehingga lafadz lengkapnya
menjadi, ”Athiiullahu wa athiiurasuul wa ulil amri minkum”. Berarti taat
yang mutlak hanya kepada Allah dan Rasulnya. Taat kepada ulil amri
(pemimpin) dapat dilakukan dengan syarat ia taat lebih dulu kepada Allah
dan Rasulnya. Memilih seorang pemimpin atas dasar ketaatan kepada Allah
adalah hal yang logis dan jauh lebih mudah dari pada memilih seorang
emimpin atas dasar 'maksum' atau kesucian, karena 'taat' kepada Allah
adalah suatu yang dapat terlihat kurang-lebihnya di dalam kehidupan
seseorang.
Dengan
kata lain ayat ini dalam pandangan kaum Sunni dan kaum Sufi menunjukkan
tidak adanya syarat ‘maksum’ bagi Waliyyul Amri (pemimpin
pemerintahan). Sangat mungkin ini adalah petunjuk Allah bagi umat Islam
untuk menerima siapapun pemimpinnya di setiap zaman, selama ia taat
kepada Allah dan Rasulnya, karena sesuai dengan akal sehat yang dimiliki
umat manusia bahwa ‘tak ada yang mengetahui hamba Allah yang suci atau
‘maksum’, kecuali Allah sendiri.’
Khalifah bathin
Kekhalifahan
bathin, karena harus mempunyai syarat kewalian dalam pengertian bathin,
tak mungkin dijatuhkan kecuali kepada orang mukmin yang bertakwa dan
dicintai Allah (Surat Yunus 62-64). Kekhalifahan bathin atau jabatan
Waliyyul Mursyid (pemimpin rohani) adalah mereka yang mempunyai ilmu dan
karakter (kurang-lebih) seperti Nabi Khidir di dalam Surat Al Kahfi.
Hikmah tidak disebutkannya kata 'Nabi Khidir' juga boleh jadi
mengisyaratkan setiap zaman akan ada manusia yang terpilih seperti itu.
Didalam
sejarah tarekat kaum Sufi, para Wali Mursyid sebagian besarnya adalah
keturunan Ali dari Fatimah baik melalui Hasandan Husain. Menurut kaum
Sufi memaksakan kekhalifahan zhahir hanya untuk keluarga Ali adalah
suatu yang musykil/mustahil karena bila menolak 3 khalifah sebelumnya
(yang telah disetujui oleh mayoritas) berarti membuat perpecahan dalam
umat Islam, juga bertentangan dengan prinsip akal sehat, karena boleh
jadi seorang kurang ber-taqwa tapi dalam hal pemerintahan sangat cakap.
Sedangkan seorang yang ber-taqwa justru mungkin saja tidak menguasai
masalah pemerintahan.
Bila
menganggap Imamah adalah Khalifah Bathin mungkin saja bisa, tapi
membatasi hanya 12 bertentangan dengan banyak hadits shahih tentang para
Wali Allah yang tidak pernah disebut dari keluarga tertentu, apalagi
dengan pembatasan jumlahnya. Idealnya memang seorang Khalifah zhahir
(Waliyyul Amri) dipilih dari mereka yang juga menjabat Khalifah bathin
(Waliyyul Mursyid). Tapi pertanyaannya siapakah yang mengetahui
Wali-wali Allah, apalagi yang berderajat Waliyyul Mursyid, kalau bukan
Allah sendiri.
Perkembangan Ahlul Bait
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW
Berkembangnya
Ahlul-Bait walaupun sepanjang sejarah kekuasaan Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah mengalami penindasan luar biasa, adalah berkah dari do’a Nabi
Muhammad SAW kepada mempelai pengantin Fatimah putri beliau dan Ali di
dalam pernikahan yang sangat sederhana.
Doa
Nabi SAW adalah,”Semoga Allah memberkahi kalian berdua, memberkahi apa
yang ada pada kalian berdua, membuat kalian berbahagia dan mengeluarkan
dari kalian keturunan yang banyak dan baik”
Setelah
mengalami titik noda paling kelam dalam sejarah Bani Umayyah, dimana
cucu Nabi Muhammad SAW, al-Husain bersama keluarga dibantai di Karbala,
pemerintahan berikutnya dari Bani Abbasiyah yang sebetulnya masih
kerabat (diturunkan melalui Abbas bin Abdul-Muththalib) tampaknya juga
tak mau kalah dalam membantai keturunan Nabi Muhammad SAW yang saat itu
sudah berkembang banyak baik melalui jalur Ali Zainal Abidin
satu-satunya putra Husain bin Ali yang selamat dari pembantaian di
Karbala, juga melalui jalur putra-putra Hasan bin Ali.
Setelah berakhirnya Bani Abbasiyah
Perkembangan di berbagai negara
Menurut
berbagai penelaahan sejarah, keturunan Hasan bin Ali banyak yang
selamat dengan melarikan diri ke arah Barat hingga mencapai Maroko.
Sampai sekarang, keluarga kerajaan Maroko mengklaim keturunan dari Hasan
melalui cucu beliau Idris bin Abdullah, karena itu keluarga mereka
dinamakan dinasti Idrissiyyah. Selain itu pula, ulama-ulama besar
seperti Syekh Abu Hasan Syadzili Maroko (pendiri Tarekat Syadziliyah)
yang nasabnya sampai kepada Hasan melalui cucunya Isa bin Muhammad.
Mesir
dan Iraq adalah negeri yang ulama Ahlul Baitnya banyak dari keturunan
Hasan dan Husain. Abdul Qadir Jaelani seorang ulama yang dianggap
sebagai Sufi terbesar dengan julukan ‘Mawar kota Baghdad’ adalah
keturunan Hasan melalui cucunya Abdullah bin Hasan al-Muthanna.
Persia
hingga ke arah Timur seperti India sampai Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) didominasi para ulama dari keturunan Husain bin Ali. Bedanya,
ulama Ahlul Bait di tanah Parsi banyak dari keturunan Musa al-Kadzim
bin Ja'far ash-Shadiq seperti Ayatullah Ruhollah Khomeini karena itu ia
juga bergelar Al-Musawi karena keturunan dari Imam Musa al-Kadzim,
sedangkan di Hadramaut (Yaman), Gujarat dan Malabar (India) hingga
Indonesia ulama Ahlul Baitnya banyak dari keturunan Ali Uraidhi bin
Jafar ash-Shadiq terutama melalui jalur Syekh Muhammad Shahib Mirbath
dan Imam Muhammad Faqih Muqaddam ulama dan sufi terbesar Hadramaut di
zamannya (abad 12-13M).
Walaupun
sebagian besar keturunan Ahlul Bait yang ada di Nusantara termasuk
Indonesia adalah dari Keturunan Husain bin Ali namun terdapat juga yang
merupakan Keturunan dari Hasan bin Ali, bahkan Keturunan Hasan bin Ali
yang ada di Nusantara ini sempat memegang pemerintahan secara turun
temurun di beberapa Kesultanan di Nusantara ini yaitu Kesultanan
Brunei,Kesultanan Sambas dan Kesultanan Sulu sebagaimana yang tercantum
dalam Batu Tarsilah / Prasasti dan beberapa Makam dan juga Manuscript
yang tersebar di Brunei, Sambas (Kalimantan Barat) dan Sulu (Selatan
Filipina)yaitu melalui jalur Sultan Syarif Ali(Sultan Brunei ke-3) yang
merupakan keturunan dari Syarif Abu Nu'may Al Awwal.
Mazhab yang dianut
Mazhab
yang dianut para ulama keturunan Husain pun terbagi dua; di Iran, Iraq
dan sekitarnya menganut Syi’ah, sedangkan di Yaman, India hingga
Indonesia menganut Sunni yang condong kepada tasawuf). Para ulama
keturunan Hasan dari Mesir hingga Maroko hampir semuanya adalah kaum
Sunni yang condong kepada tasawuf.
JADWAL PERINGATAN HAUL HABAIB SEJAWA
NO | NAMA | BULAN | TEMPAT |
1 | Habib Hadi Bin Abdullah Al-Haddar | Minggu, 1 Muharram | Lateng Banyuwangi |
2 | Fakhrul Wujud Syekh Abubakar Bin Syalim | Muharram | Cidodol Jakarta Selatan |
3 | Habib Abubakar Bin Husein Assegaf | 27 Muharram | Bangil Pasuruan |
4 | Habib Husein Bin Hadi Al-Hamid | 12 Shafar | Brani Probolinggo |
5 | Habib Abdullah Bin Ali Al-Haddad | 27 Shafar | Bangil Pasuruan |
6 | Habib Hasan Bin Muhammad Al-Hadad | Shafar Minggu Terakhir | Kota, Jakarta Utara |
7 | Do’a Tolak Bala dan Maulid di Pon-Pes Darul Hadist Alfagihiyah | Shafar Rabu Terakhir | Alun-alun Malang |
8 | Habib Abdul Qadir Bib Alwi Assegaf | Rabiul Awal, Minggu Pertama | Tuban |
9 | Maulid di Makam Habib Ahmad Al-Haddad | Rabiul Awal Minggu Pertama Sore | Habib Kuncung Kalibata |
10 | Habib Ali Bin Husein Al-Atthas | Rabiul Awal, Selasa Terakhir | Buluh Condet Jakarta |
11 | Habib Abdullah Bin Muchsin Al-Atthas. (Selasa malem Maulid, Rabu pagi Haul ) | Rabiul Awal Rabu Terakhir | Empang bogor |
12 | Maulid di Habib Abubakar Assegaf | Rabiul Awal Jum’at Pertama | Gresik |
13 | Maulid di Habib Muhammad Al-Aydrus | Rabiul Awal Jum’at Pertama | Ketapang Kecil Surabaya |
14 | Habib Ali Bin Abdulrahman Al-Habsyi (Rabu sore Ziarah, Kamis sore maulid) | Rabiul Awal Rabu Terakhir | Kwitang Jakarta Pusat |
15 | Maulid di Darul Aitam | Rabiul Awal Jumat Pagi | Tanah Abang Jakarta |
16 | Habib Muchsin Bid Muhammad Al-Atthas (Haul & Maulid) | Rabiul Awal Sabtu Pagi | Alhawi Condet Jakarta |
17 | Maulid di Habib Ahmad Al-Atthas | 15 Malam Rabiul Awal | Pekalongan |
18 | Habib Salim Bin Ahmad Bin Zindan | Rabiul Awal Senin Sore | Otista Jakarta Timur |
19 | Maulid di Habib Abdulrahman Assegaf | Rabiul Awal Minggu Pagi | Al Busro Citayam |
20 | Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi (Simthuduror) | 20 Rabiul Tsani | Gurawan Solo |
21 | Habib Muhammad Bin Idrul Al-Habsyi | 22 Rabiul Tsani | Ampel Surabaya |
22 | Habib Muhammad Bib Ahmad Al-Muhdhor | 22 Rabiul Tsani | Ampel Surabaya |
23 | Habib Abubakar Bin Syofi Al-Habsyi | 22 Rabiul Tsani | Ampel Surabaya |
24 | Habib Idrus Bin Abubakar Al-Habsyi | 22 Rabiul Tsani | Ampel Surabaya |
25 | Habib Umar Bin Abdulrahman Al-Atthas | 23 Rabiul Tsani | Petamburan Jakarta |
26 | Habib Alwi Bin Salim Al-Aydrus | 23 Rabiul Tsani | Tanjung Malang |
27 | Habib Umar Bin Hud Al-Atthas | 29 Rabiul Tsani | Cipayung Jawa Barat |
28 | Habib Muhammad Bin Husein Al-Aydrus | Jumadil Awal Kamis Terakhir | Ketapang Kecil Surabaya |
29 | Habib Ahmad Bin Abdullah Al-Aydrus | Jumadil Akhir Minggu Pertama | Benhil Jakarta Pusat |
30 | Habib Husein Bin Muhammad Al-Haddad | Jumadil Akhir Sabtu Ketiga | Ampel Surabaya |
31 | Habib Ja’far Bin Syekhon Assegaf | Jumadil Akhir Minggu Ketiga | Masjid Jami’ Pasuruan |
32 | Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Bilfaqih | Jumadil Akhir Minggu Terakhir | Alun-alun Malang |
33 | Habib Abdullah Bin Abdul Qodir Bilfaqih | Jumadil Akhir Minggu Terakhir | Alun-alun Malang |
34 | Habib Muhammad Bin Thohir Ba’bud | Rajab Minggu Pertama | Ds.Paleng Ploso Kediri |
35 | Khataman Bukhari di Habib Ahmad Al-Atthas | 12 Rajab | Pekalongan |
36 | Khataman Bukhari di Masjid Al-Hawi | 26-27 Rajab | Condet Cililitan Jakarta |
37 | Khataman Bukhari di Habib Abubakar Assegaf | Rajab Jum’at Terakhir | Grasik Surabaya |
38 | Habib Syeh Bin Salim Al-Atthas | 27 Rajab | Tipar Sukabumi |
39 | Habib Muhdor Bin Muhammad Al-Muhdor | 29 Rajab | Bondowoso |
40 | Habib Balawi, Al-Syathiri, Al-Qudsi | 10 Sya’ban | Kp.Bandan Jakarta Utara |
41 | Habib Ahmad Bin Tholib Al-Atthas | 14 Sya’ban | Pekalongan |
42 | Habib Muhammad Bin Thohir Al-Haddad | 15 Sya’ban | Tegal |
43 | Habib Muhammad Bin Abdulrahman Assegaf | 16 Pagi Sya’ban | Indramayu Jawa Barat |
44 | Habib Ali Bin Abdulrahman Al-Habsyi (Ziarah dimakam Habib Ali, Besoknya Haul) | Sya’ban Sabtu Ketiga | Kwitang Jakarta Pusat |
45 | Habib Salim Bin Thoha Al-Haddad | Sya’ban Jum’at Terakhir | Damai Kalibata |
46 | Habib Ahmad Bin Alwi Al-Haddad | Sya’ban Minggu terakhir | Rawajati Kalibata |
47 | Habib Syech Bin Ahmad Bafaqih | Syawal Kamis Kedua | Boto Putih Surabaya |
48 | Habib Umar Bin Ja’far Assegaf | 5 Syawal | Cibeduk Tapos Jawa Barat |
49 | Habib Sholeh Bin Muchin Al-Hamid | Syawal Minggu Kedua | Tanggul Jember |
50 | Habib Ahmad Bin Ali Bafaqih | Syawal Sabtu Terakhir | Ds. Tempel Yogyakarta |
51 | Habib Husein Bib Abubakar Al-Aydrus | Syawal Minggu Terakhir | Luarbatang Jakarta Utara |
52 | Majlis Burdah Habib Muhammad Al-Aydrus | Syawal Kamis Kedua | Ketapang Kecil Surabaya |
53 | Habib Alwi Bin Muhammad Assegaf | 10 Dzulhijah | Gresik Kota Surabaya |
54 | Habib Abubakar Bin Muhammad Assegaf | 17 Dzulhijah | Masjid Jami’ Gresik |
55 | Habib Harun Bin Abdullah Baharun | 17 Dzulhijah | Sumur Songo Gresik |
Sumber : http://shoeap.blogspot.com/p/di-sucikan.html
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..