Hidup
hanya dapat dirasakan tapi sulit didefinisikan. Semua orang sangat
mudah mengatakan apakah sesuatu itu hidup atau mati. Manakala seseorang
melihat pohon yang dari hari ke hari bertambah tinggi, berdaun hijau,
kemudian berbuah, ia dengan mudah mengetahui bahwa pohon itu hidup.
Sebaliknya, manakala orang tadi melihat pohon yang kering, daunnya
berguguran, tidak bertambah besar sekalipun disirami atau dipupuk, maka
dengan mudah pula ia tahu bahwa pohon itu telah mati, tidak hidup
lagi. Demikian halnya manusia dan hewan. Tatkala manusia dan hewan
terlihat tumbuh, seluruh angota badannya berfungsi, dan dapat
berkembang biak. Semua orang dengan mudah menyimpulkan manusia dan hewan
yang demikian hidup bukan mati. Inilah arti hidup secara biologis.
Dalam
arti hidup seperti itu , manusia dan hewan sama. Sama-sama makan,
minum, bergerak, berkembang biak, menyayangi anak, dan berinteraksi
satu sama lain. Lantas apa yang membedakan keduanya, dan apa
sesungguhnya makna hidup bagi manusia?
Untuk menjawab pertanyaan tadi kadang terasa sulit. Diperlukan perenungan yang dalam untuk menemukannya.
Perbedaan
antara manusia dengan hewan terletak pada cara bagaimana mereka
memenuhi berbagai kebutuhannya. Hewan melakukan semua itu sekehendak
hatinya sedangkan manusia ada yang melakukan sekehendak hatinya ada
pula yang diatur oleh aturan Allah SWT Penciptanya.
Jika
manusia dalam menjalani hidupnya ini hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya semata, berarti tidak ada bedanya orang tersebut
dengan hewan.Demikian pula, jika seseorang menjalani hidup ini seenak
perutnya, bebas tanpa aturan, memperturutkan logika dan hawa nafsunya,
serta melupakan aturan Allah SWT, saat itu orang tadi tidak dapat
dibedakan dengan hewan. Berkaitan dengan ini Allah SWT menegaskan
melalui firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka
jahannam itu kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai qulub
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka
mempunyai mata tetapi tidak digunakannya untuk melihat (kebenaran dan
kekuasaan Allah), da mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan
untuk menddengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (TQS. Al-A’raf [7] : 179)
Ibnu
Katsir ketika memaknai ayat tersebut menyatakan bahwa Allah SWT
menyediakan jahannam bagi manusia yang melakukan perbuatan-perbuatan
penghuni jahannam. Mereka demikian karena alat indera yang sebenarnya
dijadikan oleh Allah SWT sebagai jalan datangnya hidayah tersebut tidak
bermanfat bagi mereka. Sebab, mereka itu buta, tuli, dan bisu dari
mengikuti petunjuk Allah SWT. Mereka yang tidak mendengarkan kebenaran
(Islam), tidak mengikuti kebenaran (Islam), dan tidak mengikuti petunjuk
Allah SWT laksana hewan berjalan yang alat-alat inderawinya tidak
bermanfaat sedikitpun kecuali untuk perkara-perkara yang diperlukannya
secara lahiriyah di dunia.
Lantas bagaimana seharusnya manusia itu berbuat, sehingga hidupnya menjadi bermakna dan berbeda dengan hewan?
Tentu
tidak ada jalan lain kecuali berupaya menjadikan akal dan hati untuk
memahami kebenaran,mata untuk mencari dan melihat kebenaran. Dan
kebenaran itu adalah apa-apa yang datang dari Allah SWT. “Kebenaran itu
adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu” (TQS. Al-Baqarah [2] : 147). Kebenaran itu adalah
apa yang terdapat di dalam Islam. ”Siapa yang menjadikan selain Islam
sebagai dien agama, system hidup), niscaya ditolaklah apapun darinya
dan di akhirat ia termasuk orang yang rugi” (TQS. Ali-Imran [3] : 85).
Dengan kata lain, segenap potensi yang dimilikinya itu digunakn untuk
memahami dan menghayati Islam untuk diterapkan dalam hidup sehari-hari.
Berkaitan
dengan hal tersebut, Allah SWT menyatakan: “Dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepadaku” (TQS.
Adz-Dzariyat [51] : 56). Ibadah yang dimaksud dalam ayat tersebut yaitu,
taat kepada Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya serta terikat dengan
aturan agama yang disyariatkan-Nya. Jadi, manusia itu ada di dunia ini
emata-mata untuk tunduk, taat, dan patuh kepada aturan dan hukum-hukum
Allah SWT dalam semua perkara : ‘aqidah, ibadah, sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, dan budaya.
Melalui
ibadah seperti itulah manusia akan berbeda dengan hewan bahkan jauh
lebih tinggi daripada derajat hewan. Inilah makna hidup manusia
sebenarnya. Lantas, bagaimana makna hidup menurut anda?
[sepenuhnya dikutip dari: http://nichwans.wordpress.com]
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..