Walau
telah banyak buku yang menulis tentang sosok Nabi Muhammad Saw, namun
kemurnian dan kejernihan kualitas dan tata kramanya yang agung terus
mengalir. Seri kehidupan Rasulullah mengungkapkan kemuliaan sifatnya,
keluhuran budi pekertinya, dan keunggulan pribadinya. Dengan ini,
orang-orang beriman dapat memuaskan dahaga mereka spritual mereka
dengan tekad untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Seiring
dengan banyaknya tugas mengiringi diutusnya para Nabi, ia juga membawa
tugas untuk mengajarkan orang tentang keindahan dan menghidupkan
kembali indra dan kesadaran itu. Sesungguhnya Allah SWT indah,
Al-Qur'an yang mulia juga indah, dan seluruh alam semesta indah.
Rasulullah Saw, tidak diragukan lagi, adalah orang terbaik dalam
mengajarkan keindahan.
1.
Keindahan senyum. Ya, senyum adalah jenis keindahan yang unggul. Ini
juga merupakan bahasa universal manusia. Tersenyum berarti merasakan
semua kegembiraan, sukacita, dan kasih sayang terhadap manusia. Laksana
sebuah lukisan, senyuman adalah gambar indah.
Nabi
Muhammad dikenal memiliki wajah yang selalu tersenyum. Jarir ra
berkata, "Rasulullah tidak pernah menolak untuk melihat sejak saya
memeluk Islam. Setiap kali beliau melihat saya, beliau akan menemui
saya dengan senyum." (HR Bukhari).
Nabi
tidak hanya menjaga senyum indah di wajahnya, namun juga mendorong
orang lain untuk tersenyum. "Senyum terhadap saudaramu adalah sedekah."
(HR At-Tirmidzi). "Jangan meremehkan setiap amal baik, bahkan jika itu
hanya pertemuan dengan saudaramu dengan wajah yang ceria." (HR
Muslim).
2.
Keindahan penampilan. Nabi Saw selalu memakai pakaian terbaik yang
beliau miliki. Sebelum menemui para utusan, beliau akan mengenakan
pakaian yang sesuai dengan status dan tradisi masing-masing utusan.
Rasulullah juga suka parfum. Dari Aisyah," Aku selau memercikkan aroma
(farfum) terbaik kepada Nabi." (HR Muslim).
Nabi
melarang setiap orang yang makan bawang merah atau bawang putih masuk
ke dalam masjid. Beliau mendukung keindahan secara umum sebagai salah
satu hal yang dicintai Allah SWT. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda,
"Allah SWT indah dan mencintai keindahan."
3.
Keindahan sikap lembut. Nabi diriwayatkan pernah bersabda, "Kelembutan
tak dapat ditemukan pada apa pun kecuali itu menambah keindahannya,
dan tidak tercabut dari apa pun kecuali bahwa itu membuatnya cacat" (HR
Muslim). Jadi, kelembutan adalah perhiasan dan keindahan, sedangkan
kekerasan adalah suatu hal keburukan. Nabi yang mulia melakukan semua
urusan dengan kelembutan, dan beliau mendesak diterapkannya kelembutan
dalam semua urusan, baik negara maupun pribadi.
Berikut contoh-contoh kelembutan yang menunjukkan budi pekerti beliau yang luar biasa:
a)
Rasulullah akan mempercepat doa dalam shalat ketika mendengar tangis
bayi, dengan pertimbangan kecemasan sang ibu terhadap anaknya.
b)
Suatu ketika Rasulullah pernah menghentikan pergerakan pasukan karena
kepedulian terhadap seekor burung yang berduka karena anak-anaknya
ditangkap oleh beberapa tentara. Pasukan itu kembali bergerak maju
setelah tentara-tentara itu mengembalikan anak-anak burung kepada
induknya.
c)
Beliau menghindari teguran langsun kepada umatnya. Rasulullah lebih
suka menegur dengan kata-kata halus seperti, "Bagaimana dengan
orang-orang yang merasa terlalu bangga untuk melakukan sesuatu yang
saya sendiri lakukan?"
d)
Rasulullah memanjakan anak-anaknya dan bercanda dengan mereka. Anas ra
berkata, "Nabi Saw selalu berkumpul dengan kami (anak-anak), kadang
beliau berkata kepada adikku, 'Wahai Ayah Umair, apa yang dilakukan
burung-burung kecil ini?" (HR Bukhari).
e)
Nabi Muhammad mengizinkan rumahnya dijadikan sebagai tempat bermain.
Aisyah berkata, "Aku biasa bermain boneka di rumah Nabi, dan teman-teman
perempuanku juga biasa bermain denganku. Setiap kali Nabi masuk (ke
tempatku), mereka bersembunyi, tetapi Nabi selalu memanggil mereka untuk
bergabung dan bermain denganku." (HR Bukhari).
f)
Rasulullah pernah bersabda, "Jangan seorang pun dari kalian yang
mengatakan, ''jiwaku menjadi jahat,' namun hendaknya mengatakan,
'jiwaku menjadi kejam." (HR Bukhari-Muslim).
Menurut
Ibnu Hajar, mengutip Al-Khattabi, jahat dan kejam hampir sama dalam
arti, namun Nabi tidak menyukai kata sifat jahat dan memilih ekspresi
yang lebih aman kejam. Memang, ini adalah kebiasaan beliau untuk
mengganti sebutan yang tidak menyenangkan dengan yang lebih halus.
Hadits ini menyiratkan bahwa kosa kata yang tidak menyenangkan harus
dihindari. Intinya adalah menghindari ungkapan seperti "jiwaku menjadi
jahat" adalah tindakan kelembutan terhadap diri sendiri.
g)
Rasulullah sangat menghormati istri-istrinya dan memperlakukan mereka
dengan lembut. Sebagai contoh, beliau biasa menawarkan lututnya untuk
diinjak istrinya (Safiyyah) setiap kali Safiyyah ingin naik unta.
h)
Nabi Saw kerap berkhutbah tentang "kelembutan" Tuhan kepada manusia.
Dalam sebuah hadits beliau bersabda, "Ketika Allah telah menyelesaikan
ciptaan-Nya, Dia menulis di atas Arsy-nya, 'Belas kasih-Ku menguasai
amarah-Ku." (HR Bukhari-Muslim).
Masih
mau jadi orang pemarah, pembenci, pendongkol dan pendendam? Jangan,
ah! Nabi tentu tidak suka umatnya berlaku demikian. Semoga kita bisa
mencontoh perilaku Rasulullah, walau hanya sebagian kecil.
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..