Ada dua hal yang nyata kebenarannya, tetapi harus dijelaskan
iebih dahulu, yaitu:
Pertama, yang menjadi pegangan atau dasar dari
masalah-masalah agama ialah firman Allah swt. dan sabda Nabi
saw, selain dari dua ini, setiap orang kata-katanya boleh
diambil dan ditinggalkan. Maka, Al-Qur’an dan As-Sunnah,
kedua-duanya adalah sumber yang kuat dan benar.
Kedua, sebagaimana telah diketahui oleh para analis dan
cendekiawan Muslim, bahwa semua tulisan yang ada pada buku
tersebut di atas (Nahjul Balaghah), baik yang berupa
dalil-dalil atau alasan-alasan yang dikemukakan, tidak
semuanya tepat. Diantara hal-hal yang ada pada buku itu
ialah tidak menggambarkan masa maupun pikiran serta cara di
zaman Ali r.a.
Oleh sebab itu, tidak dapat dijadikan dalil dan tidak dapat
dianggap benar, karena semua kata-kata dalam buku itu tidak
ditulis oleh Al-Imam Ali r.a.
Didalam penetapan ilmu agama, setiap ucapan atau kata-kata
dari seseorang, tidak dapat dibenarkan, kecuali disertai
dalil yang shahih dan bersambung, yang bersih dari
kekurangan atau aib dan kelemahan kalimatnya.
Maka, kata-kata itu tidak dapat disebut sebagai ucapan Ali
r.a. karena tidak bersambung dan tidak mempunyai sanad yang
shahih. Sekalipun kata-kata tersebut mempunyai sanad yang
shahih, bersambung, riwayatnya adil dan benar, maka wajib
ditolak, karena hal itu bertentangan dengan dalil-dalil dan
hukum Islam. Alasan ini terpakai di dalam segala hal
(kata-kata) atau fatwa, walaupun sanadnya seterang matahari.
Mustahil bagi Al-Imam Ali r.a. mengatakan hal itu, dimana
beliau sering membaca ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya
adalah:
“Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang,
yang kemudian darinya Allah lantas menciptakan
istrinya, dari keduanya Allah mengembangbiakkan
laki-laki dan wanita yang banyak …” (Q.s.
An-Nisa’: 1)
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan firman-Nya): ‘Bahwa sesungguhnya Aku tiada
mensia-siakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki maupun wanita,
(karena) sebagian darimu adalah keturunan dari
sebagian yang lain …” (Q.s. Ali Imran: 195).
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Allah menjadikannya diantara kamu
rasa kasih dan sayang …” (Q.s. Ar-Ruum: 21).
Masih banyak lagi di antara ayat-ayat suci Al-Qur’an yang
mengangkat dan memuji derajat kaum wanita, disamping kaum
laki-laki. Sebagaimana Nabi saw. bersabda:
“Termasuk tiga sumber kebahagiaan bagi laki-laki
ialah wanita salehat, kediaman yang baik dan
kendaraan yang baik pula.” (H.r. Ahmad dengan
sanad yang shahih).
“Di dunia ini mengandung kenikmatan, dan
sebaik-baik kenikmatan itu adalah wanita yang
salehat.” (H.r. Imam Muslim, Nasa’i dan Ibnu
Majah).
“Barangsiapa yang dikaruniai oleh Allah wanita
yang salehat, maka dia telah dibantu dalam
sebagian agamanya; maka bertakwalah pula kepada
Allah dalam sisanya yang sebagian.”
Banyak lagi hadis-hadis dari Nabi saw. yang memuji wanita;
maka mustahil bahwa Ali r.a. berkata sebagaimana di atas.
Sifat wanita itu berbeda dengan sifat laki-laki dari segi
fitrah; kedua-duanya dapat menerima kebaikan, kejahatan,
hidayat. kesesatan dan sebagainya.
Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an,
“Jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya); maka
Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.s.
Asy-Syams: 7-10)
Mengenai fitnah yang ada pada wanita disamping fitnah yang
ada pada harta dan anak-anak, dimana hal itu telah
diterangkan di dalam Al-Qur’an dan dianjurkan supaya mereka
waspada dan menjaga diri dari fitnah tersebut.
Dalam sabda Rasulullah saxv. diterangkan mengenai fitnahnya
kaum wanita, yaitu sebagai berikut,
“Setelah aku tiada, tidak ada fitnah yang paling
besar gangguannya bagi laki-laki daripada
fitnahnya wanita.” (H.r. Bukhari).
Arti dari hadis di atas menunjukkan bahwa wanita itu bukan
jahat, tetapi mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia,
yang dikhawatirkan lupa pada kewajibannya, lupa kepada Allah
dan terhadap agama.
Selain masalah wanita, Al-Qur’an juga mengingatkan manusia
mengenai fitnah yang disebabkan dari harta dan anak-anak.
Allah swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya harta-harta dan anak-anakmu adalah
fitnah (cobaan bagimu); dan pada sisi Allah-lah
pahala yang besar.” (Q.s. At-Taghaabun: 15)
“Hai orang-orang yang beriman!Janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu
mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian’ maka mereka termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.s. Al-Munaafiquun: 9).
Selain dari itu (wanita, anak-anak dan harta yang dapat
mendatangkan fitnah), harta juga sebagai sesuatu yang baik.
Firman Allah swt.:
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari
jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dan
istri-istrimu itu, anak-anak dan cucu; dan
memberimu rezeki dari harta yang baik-baik …”
(Q.s. An-Nahl: 72)
Oleh karena itu, dianjurkannya untuk waspada dari fitnah
kaum wanita, fitnah harta dan anak-anak, hal itu bukan
berarti kesemuanya bersifat jahat, tetapi demi mencegah
timbulnya fitnah yang dapat melalaikan kewajiban-kewajiban
yang telah diperintahkan oleh Allah swt.
Allah swt. tidak mungkin menciptakan suatu kejahatan,
kemudian dijadikannya sebagai suatu kebutuhan dan keharusan
bagi setiap makhluk-Nya.
Makna yang tersirat dari suatu kejahatan itu adalah suatu
bagian yang amat sensitif, realitanya menjadi lazim bagi
kebaikan secara mutlak. Segala bentuk kebaikan dan kejahatan
itu berada di tangan (kekuasaan) Allah swt.
Oleh sebab itu, Allah memberikan bimbingan bagi kaum
laki-laki untuk menjaga dirinya dari bahaya dan fitnah yang
dapat disebabkan dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal
tersebut.
Diwajibkanjuga bagi kaum wanita, agar waspada dan
berhati-hati dalam menghadapi tipu muslihat yang diupayakan
oleh musuh-musuh Islam untuk menjadikan kaum wanita sebagai
sarana perusak budi pekerti, akhlak yang luhur dan bernilai
suci.
Wajib bagi para wanita Muslimat kembali pada kodratnya
sebagai wanita yang saleh, wanita hakiki, istri salehat, dan
sebagai ibu teladan bagi rumah tangga, agama dan negara.
Pertama, yang menjadi pegangan atau dasar dari
masalah-masalah agama ialah firman Allah swt. dan sabda Nabi
saw, selain dari dua ini, setiap orang kata-katanya boleh
diambil dan ditinggalkan. Maka, Al-Qur’an dan As-Sunnah,
kedua-duanya adalah sumber yang kuat dan benar.
Kedua, sebagaimana telah diketahui oleh para analis dan
cendekiawan Muslim, bahwa semua tulisan yang ada pada buku
tersebut di atas (Nahjul Balaghah), baik yang berupa
dalil-dalil atau alasan-alasan yang dikemukakan, tidak
semuanya tepat. Diantara hal-hal yang ada pada buku itu
ialah tidak menggambarkan masa maupun pikiran serta cara di
zaman Ali r.a.
Oleh sebab itu, tidak dapat dijadikan dalil dan tidak dapat
dianggap benar, karena semua kata-kata dalam buku itu tidak
ditulis oleh Al-Imam Ali r.a.
Didalam penetapan ilmu agama, setiap ucapan atau kata-kata
dari seseorang, tidak dapat dibenarkan, kecuali disertai
dalil yang shahih dan bersambung, yang bersih dari
kekurangan atau aib dan kelemahan kalimatnya.
Maka, kata-kata itu tidak dapat disebut sebagai ucapan Ali
r.a. karena tidak bersambung dan tidak mempunyai sanad yang
shahih. Sekalipun kata-kata tersebut mempunyai sanad yang
shahih, bersambung, riwayatnya adil dan benar, maka wajib
ditolak, karena hal itu bertentangan dengan dalil-dalil dan
hukum Islam. Alasan ini terpakai di dalam segala hal
(kata-kata) atau fatwa, walaupun sanadnya seterang matahari.
Mustahil bagi Al-Imam Ali r.a. mengatakan hal itu, dimana
beliau sering membaca ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya
adalah:
“Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang,
yang kemudian darinya Allah lantas menciptakan
istrinya, dari keduanya Allah mengembangbiakkan
laki-laki dan wanita yang banyak …” (Q.s.
An-Nisa’: 1)
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan firman-Nya): ‘Bahwa sesungguhnya Aku tiada
mensia-siakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki maupun wanita,
(karena) sebagian darimu adalah keturunan dari
sebagian yang lain …” (Q.s. Ali Imran: 195).
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Allah menjadikannya diantara kamu
rasa kasih dan sayang …” (Q.s. Ar-Ruum: 21).
Masih banyak lagi di antara ayat-ayat suci Al-Qur’an yang
mengangkat dan memuji derajat kaum wanita, disamping kaum
laki-laki. Sebagaimana Nabi saw. bersabda:
“Termasuk tiga sumber kebahagiaan bagi laki-laki
ialah wanita salehat, kediaman yang baik dan
kendaraan yang baik pula.” (H.r. Ahmad dengan
sanad yang shahih).
“Di dunia ini mengandung kenikmatan, dan
sebaik-baik kenikmatan itu adalah wanita yang
salehat.” (H.r. Imam Muslim, Nasa’i dan Ibnu
Majah).
“Barangsiapa yang dikaruniai oleh Allah wanita
yang salehat, maka dia telah dibantu dalam
sebagian agamanya; maka bertakwalah pula kepada
Allah dalam sisanya yang sebagian.”
Banyak lagi hadis-hadis dari Nabi saw. yang memuji wanita;
maka mustahil bahwa Ali r.a. berkata sebagaimana di atas.
Sifat wanita itu berbeda dengan sifat laki-laki dari segi
fitrah; kedua-duanya dapat menerima kebaikan, kejahatan,
hidayat. kesesatan dan sebagainya.
Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an,
“Jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya); maka
Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.s.
Asy-Syams: 7-10)
Mengenai fitnah yang ada pada wanita disamping fitnah yang
ada pada harta dan anak-anak, dimana hal itu telah
diterangkan di dalam Al-Qur’an dan dianjurkan supaya mereka
waspada dan menjaga diri dari fitnah tersebut.
Dalam sabda Rasulullah saxv. diterangkan mengenai fitnahnya
kaum wanita, yaitu sebagai berikut,
“Setelah aku tiada, tidak ada fitnah yang paling
besar gangguannya bagi laki-laki daripada
fitnahnya wanita.” (H.r. Bukhari).
Arti dari hadis di atas menunjukkan bahwa wanita itu bukan
jahat, tetapi mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia,
yang dikhawatirkan lupa pada kewajibannya, lupa kepada Allah
dan terhadap agama.
Selain masalah wanita, Al-Qur’an juga mengingatkan manusia
mengenai fitnah yang disebabkan dari harta dan anak-anak.
Allah swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya harta-harta dan anak-anakmu adalah
fitnah (cobaan bagimu); dan pada sisi Allah-lah
pahala yang besar.” (Q.s. At-Taghaabun: 15)
“Hai orang-orang yang beriman!Janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu
mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian’ maka mereka termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.s. Al-Munaafiquun: 9).
Selain dari itu (wanita, anak-anak dan harta yang dapat
mendatangkan fitnah), harta juga sebagai sesuatu yang baik.
Firman Allah swt.:
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari
jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dan
istri-istrimu itu, anak-anak dan cucu; dan
memberimu rezeki dari harta yang baik-baik …”
(Q.s. An-Nahl: 72)
Oleh karena itu, dianjurkannya untuk waspada dari fitnah
kaum wanita, fitnah harta dan anak-anak, hal itu bukan
berarti kesemuanya bersifat jahat, tetapi demi mencegah
timbulnya fitnah yang dapat melalaikan kewajiban-kewajiban
yang telah diperintahkan oleh Allah swt.
Allah swt. tidak mungkin menciptakan suatu kejahatan,
kemudian dijadikannya sebagai suatu kebutuhan dan keharusan
bagi setiap makhluk-Nya.
Makna yang tersirat dari suatu kejahatan itu adalah suatu
bagian yang amat sensitif, realitanya menjadi lazim bagi
kebaikan secara mutlak. Segala bentuk kebaikan dan kejahatan
itu berada di tangan (kekuasaan) Allah swt.
Oleh sebab itu, Allah memberikan bimbingan bagi kaum
laki-laki untuk menjaga dirinya dari bahaya dan fitnah yang
dapat disebabkan dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal
tersebut.
Diwajibkanjuga bagi kaum wanita, agar waspada dan
berhati-hati dalam menghadapi tipu muslihat yang diupayakan
oleh musuh-musuh Islam untuk menjadikan kaum wanita sebagai
sarana perusak budi pekerti, akhlak yang luhur dan bernilai
suci.
Wajib bagi para wanita Muslimat kembali pada kodratnya
sebagai wanita yang saleh, wanita hakiki, istri salehat, dan
sebagai ibu teladan bagi rumah tangga, agama dan negara.
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..