Calon
istri yang baik tentunya sudah mempersiapkan sedini mungkin (tidak
tergesa untuk menikah, sebelum belajar dan mengetahui hak-hak
kewajibannya) yakni sudah memiliki pengetahuan tentang tugas-tugas yang
sudah menjadi tanggung jawab dalam mengarungi mahligai rumah tangga.
Istri
ideal sudah siap memainkan berbagai macam peran. Kadang sebagai kekasih
setia yang menjadi penghibur ketika keadaan jenuh dan membutuhkan
hiburan. Kadang pula menjadi sahabat sejati yang senantiasa membantu
kegiatan-kegiatan dengan memberikan ide-ide. Kadang pula ia bersikap
menjadi seorang ibu jika suami ingin dimanja dan disayang dan perhatian seperti halnya anak butuh kasih sayang
dan perhatian dari seorang ibu. Disamping itu pula ia bisa memerankan
keahliannya dalam mendidik yang baik ketika keadaan lalai dan butuh
bimbingan. Selain itu istri ideal senantiasa istiqomah dalam menjalani
syariat agama, berusaha menerapkan ilmunya yang telah dimiliki dan
sekaligus senantiasa selalu menuntut ilmu. Dan juga ia mengerti dalam
masalah urusan rumah tangga dengan setatus sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya. Mendengarkan nasihat suami dengan penuh pengertian, sabar
ridak mudah marah dan tersinggung, tidak membantah jika nasihat ibu
baik, jika nasihat tersebut tidak baik ia menolaknya dengan cara halus
dan baik juga. Ia selalau bermuka manis dan ceria (tidak merengut),
jujur, setia,serta selalu terbuka (komunikasi). Tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya ia selalu diniatkan ibadah.
Istri
ideal tentunya mempunyai prisnsip-prinsip yang ditekuninya terhadap
kebaikan suami, serta tulus dari kemurnian hati yaitu kesetiaan serta
mengakui adanya jasa-jasa terhadap dirinya. serta memaklumi kekuurangan
yang ada pada diri suami. Hal ini akan akan membawa dampak dalam
mengarungi rumah tangga.
Perlu
diakui yang namanya mejalani hidup rumah tangga pasti kita jumpai yang
namanya kesulitan demi kesulitan (permasalahan), yang dulunya kaya
tiba-tiba jatuh miskin, sebelumya sehat, tiba-tiba jatuh sakit dan lain
sebagainya.Ketika mengalami perubahan seperti itulah akan terungkap
kestiaan istri yang sebenarnya. Jika istri soleha tentunya ia akan setia
mendampinginya dan memahami dengan keadaan yang terjadi. Ia selalu
ingat kebaikan suami serta menutupi kekurangan yang sedang terjadi.
Baginya ia tidak ada rasa kecewa tetap setia dalam keadaan bagaimanapun.
Kesetiaan
istri ideal dapat mengarungi kesedihan yang dihadapi dan menjadi
penghibur sekaligus bisa menghapus kegundahan hati. Kesetiaan dapat
merubah neraka menjadi surga, duri menjadi menjadi mawar,pahit menjadi
manis, sempit menjadi luas, merengut menjadi tersenyum, sakit menjadi
berubah menjadi tempat istirahat yang menyenangkan, musibah menjadi
kepasrahan dan kesabaran, waktu kosong menjadi tempat berkholwat kepada
Allah. Ternyata kesetiaan istri ideal telah mampu merubah rumah tangga
yang harmonis menjadi kokoh dan kuat. Maka dari itu islam menganjurkan
kepada suami istri untuk berusaha saling pengertian dan berusaha
bagaimana caranya mewujudkan. Sebagaimana Allah berfirman.
Artinya: janganlah kalian melupakan kebaikan diantara kalian.
Kesetiaan
istri ideal adalah termasuk sebagian dari iman. Jadi istri yang tidak
setia berarti imannya tidak sempurna. Hanya istri ideal (salehah) yang
memiliki keimanan sempurna. islam telah menjanjikan terhadap kebaikan
dan kesetiaan istri terhadap suami pahala yang amat besar. Begitu pula
ia sukar membantu kepemimpinan suami dalam menjalani ketaatan. Sebab
kaum laki-laki adalah pemimpim dalam rumah tangga, hingga Allah
membarikan kelebihan fisik, jiwa, akal. Istri yang mendambakan
kebahagiaan dalam rumah tangga tidak pantaslah menolak perintah suami
dan tidak mau melayani kebutuhannya. selama perintah
itu tidak menyimpang syariat. Apabila perintah itu bertentangan maka
berpandai-pandailah memberi alasan dan jawaban yang tepat. juga
hendaklah berhati-hati kekurangan yang ada pada diri suami tidak
dijadikan alasan untuk tidak patuh terhadap perintah yang diberikan.
Rasulullah
telah memberi petunjuk dalam menggauli, berbicara, serta memanggil
namanya,kemesraan, kemanjaan, kasih sayang,berwajah manis, adalah bagian
dari keharmonisan dalam rumah tangga. Untuk itu para istri atau calon
sekaligus hendaknya senantiasa
mampu mawas diri merenung serta banyak berlatih, sehingga sifat-sifat
tersebut menjadi kebiasaan setiap hari, kehangatan, kelembutan, kasih
sayang, dan saling mencintai akan mejadi hiasan yang sangat indah
ditengah menjalani hidup berkeluarga. Bunga mawa (cinta kasih) telah
tertabur didunia. Kini tinggal pada saatnya menunggu kebahagiaan kelak
diakhirat nanti,abadi selamanya.
Istri
ideal tentunya akan berusaha dan berupaya bagaimana suami tetap ridlo,
sehingga ia berhak mendapatkan gelar ahli surga. Pujian Rasulullah
terhadap istri ideal adalah seindah-indahnya perhiasan dunia,
sebaik-baik simpanan suami dan penghuni surga ditengah-tengah keluarga.
Oleh karena itulah para istri hendaknya berhias diri dengan ahklakul
karimah, senang berbuat kebajikan. Hal demikian bisa berjalan apabila
mengikuti jejak Rasulullah dan para-para istrinya. Tentunya demikian itu
akan membawa kesejukan, kebahagiaan dunia serta kenikmatan akhirat yang
telah didamba-dambakan oleh setiap insan beriman.
Istri
ideal ialah seseorang yang gemar berdzikir (mengingat Allah) dan
seseorang yang selalu berusaha menyucikan diri, yaitu orang-orang yang
mendirikan shalat dan tidak lupa memberikan sedekah kepada fakir dan
miskin. Inilah istri yang bersih, karena ia tahu dan mengerti bahwa itu
adalah ibadah. Apabila istri bersih dan keluarga juga suci dan mereka
berzikir, niscaya keluarga tersebut
adalah keluarga yang tidak dimasuki oleh setan, bahkan selalu
dikunjungi malaikat yang mulia, yang selalu bertasbih. Ketenangan dan
kenyamanan dalam rumah tangga kaum muslimin merupakan tanda keimanan
yang kuat dan merupakan simbol kemantapan. Sedangkan kegaduhan, mencela,
dan saling mencaci antara suami dan istri adalah sesuatu yang tertolak
dalam Islam. Setiap kali rumah terasa tenang, jiwa pun akan merasa
nyaman. "Dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang." (QS Ar-Ruum
[30]:21)
disamping
itu pula istri ideal, jika ia memiliki waktu senggang, akan terlihat
elok (anggun) ia menyempatkan diri untuk membantu suaminya. Ia mencari
cara agar suami bisa bekerja dengan merasakan ketenangan dan tanpa ada
rasa gelisah dalam dirinya. Dengan demikian, rumah tersebut seperti satu
jasad yang saling membantu, saling cinta, dan saling memperkokoh,
dengan dikendalikan oleh suasana cinta dan kasih sayang.
Inilah metode Islam dalam membangun rumah-rumah kaum muslimin yang mengajak supaya benar-benar menolong suami
serta ada penghormatan. Namun wanita bukanlah mahkluk yang tidak
mengenal istirahat (wanita juga manusia). Oleh sebab itu, suami harus
tahu diri agar membantunya dalam semua urusan rumah tangga atau
urusan-urusan yang penting. Contohlah Rasulullah saw sebagaimana
diceritakan oleh Aisyah, “Beliau selalu membantu keluarganya."
Kisah dibawah ini adalah salah satu contoh wanita atau istri yang baik sekaligus calon penghuni surga.
Pada
suatu hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar.
Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari
suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih
banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah,
Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa
wang sesenpun." Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur
rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah
Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran
isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama
sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.
Ali
lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang
dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak
muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan
hairan. "Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya
sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit.
Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi,
terimalah wang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali
mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.
Tentu
saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di
sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh
membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan
keperluan sehari-hari.
Ali
pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia
melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu
menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang
musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali
memberikan seluruh wangnya kepada orang itu.
Pada
waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa
apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah,
masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya
lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita
menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di
murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita.".
Syamsul Huda:
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..