Selamat Datang di Blognya Wong Dezzo

INDAHNYA CINTA KASIH BERSAMA WANITA BERIMAN


            Calon istri yang baik tentunya sudah mempersiapkan sedini mungkin (tidak tergesa untuk menikah, sebelum belajar dan mengetahui hak-hak kewajibannya) yakni sudah memiliki pengetahuan tentang tugas-tugas yang sudah menjadi tanggung jawab dalam mengarungi mahligai rumah tangga.
                Istri ideal sudah siap memainkan berbagai macam peran. Kadang sebagai kekasih setia yang menjadi penghibur ketika keadaan jenuh dan membutuhkan hiburan. Kadang pula menjadi sahabat sejati yang senantiasa membantu kegiatan-kegiatan dengan memberikan ide-ide. Kadang pula ia bersikap menjadi seorang ibu jika suami ingin dimanja dan disayang dan perhatian  seperti halnya anak butuh kasih  sayang dan perhatian dari seorang ibu. Disamping itu pula ia bisa memerankan keahliannya dalam mendidik yang baik ketika keadaan lalai dan butuh bimbingan. Selain itu istri ideal senantiasa istiqomah dalam menjalani syariat agama, berusaha menerapkan ilmunya yang telah dimiliki dan sekaligus senantiasa selalu menuntut ilmu. Dan juga ia mengerti  dalam masalah urusan rumah tangga dengan setatus sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Mendengarkan nasihat suami dengan penuh pengertian, sabar ridak mudah marah dan tersinggung, tidak membantah jika nasihat ibu baik, jika nasihat tersebut tidak baik ia menolaknya dengan cara halus dan baik juga. Ia selalau bermuka manis dan ceria (tidak merengut), jujur, setia,serta selalu terbuka (komunikasi). Tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya ia selalu diniatkan ibadah.

                Istri ideal tentunya mempunyai prisnsip-prinsip yang ditekuninya terhadap kebaikan suami, serta tulus dari kemurnian hati yaitu kesetiaan serta mengakui adanya jasa-jasa terhadap dirinya. serta memaklumi kekuurangan yang ada pada diri suami. Hal ini akan akan membawa dampak dalam mengarungi rumah tangga.
                Perlu diakui yang namanya mejalani hidup rumah tangga pasti kita jumpai yang namanya kesulitan demi kesulitan (permasalahan), yang dulunya kaya tiba-tiba jatuh miskin, sebelumya sehat, tiba-tiba jatuh sakit dan lain sebagainya.Ketika mengalami perubahan seperti itulah akan terungkap kestiaan istri yang sebenarnya. Jika istri soleha tentunya ia akan setia mendampinginya dan memahami dengan keadaan yang terjadi. Ia selalu ingat kebaikan suami serta menutupi kekurangan yang sedang terjadi. Baginya ia tidak ada rasa kecewa tetap setia dalam keadaan bagaimanapun.
                Kesetiaan istri ideal dapat mengarungi kesedihan yang dihadapi dan menjadi penghibur sekaligus bisa menghapus kegundahan hati. Kesetiaan dapat merubah neraka menjadi surga, duri menjadi menjadi mawar,pahit menjadi manis, sempit menjadi luas, merengut menjadi tersenyum, sakit menjadi berubah menjadi tempat istirahat yang menyenangkan, musibah menjadi kepasrahan dan kesabaran, waktu kosong menjadi tempat berkholwat kepada Allah. Ternyata kesetiaan istri ideal telah mampu merubah rumah tangga yang harmonis menjadi kokoh dan kuat. Maka dari itu islam menganjurkan kepada suami istri untuk berusaha saling pengertian dan berusaha bagaimana caranya mewujudkan. Sebagaimana Allah berfirman.
                Artinya: janganlah kalian melupakan kebaikan diantara kalian.
                Kesetiaan istri ideal adalah termasuk sebagian dari iman. Jadi istri yang tidak setia berarti imannya tidak sempurna. Hanya istri ideal (salehah) yang memiliki keimanan sempurna. islam telah menjanjikan terhadap kebaikan dan kesetiaan istri terhadap suami pahala yang amat besar. Begitu pula ia sukar membantu kepemimpinan suami dalam menjalani ketaatan. Sebab kaum laki-laki adalah pemimpim dalam rumah tangga, hingga Allah membarikan kelebihan fisik, jiwa, akal. Istri yang mendambakan kebahagiaan dalam rumah tangga tidak pantaslah menolak perintah suami dan tidak mau melayani kebutuhannya. selama  perintah itu tidak menyimpang syariat. Apabila perintah itu bertentangan maka berpandai-pandailah memberi alasan dan jawaban yang tepat. juga hendaklah berhati-hati kekurangan yang ada pada diri suami tidak dijadikan alasan untuk tidak patuh terhadap perintah yang diberikan.
                Rasulullah telah memberi petunjuk dalam menggauli, berbicara, serta memanggil namanya,kemesraan, kemanjaan, kasih sayang,berwajah manis, adalah bagian dari keharmonisan dalam rumah tangga. Untuk itu para istri atau calon sekaligus  hendaknya senantiasa mampu mawas diri merenung serta banyak berlatih, sehingga sifat-sifat tersebut menjadi kebiasaan setiap hari, kehangatan, kelembutan, kasih sayang, dan saling mencintai akan mejadi hiasan yang sangat indah ditengah menjalani hidup berkeluarga. Bunga mawa (cinta kasih) telah tertabur didunia. Kini tinggal pada saatnya menunggu kebahagiaan kelak diakhirat nanti,abadi selamanya.
                Istri ideal tentunya akan berusaha dan berupaya bagaimana suami tetap ridlo, sehingga ia berhak mendapatkan gelar ahli surga. Pujian Rasulullah terhadap istri ideal adalah seindah-indahnya perhiasan dunia, sebaik-baik simpanan suami dan penghuni surga ditengah-tengah keluarga. Oleh karena itulah para istri hendaknya berhias diri dengan ahklakul karimah, senang berbuat kebajikan. Hal demikian bisa berjalan apabila mengikuti jejak Rasulullah dan para-para istrinya. Tentunya demikian itu akan membawa kesejukan, kebahagiaan dunia serta kenikmatan akhirat yang telah didamba-dambakan oleh setiap insan beriman.   
Istri ideal ialah seseorang yang gemar berdzikir (mengingat Allah) dan seseorang yang selalu berusaha menyucikan diri, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan tidak lupa memberikan sedekah kepada fakir dan miskin. Inilah istri yang bersih, karena ia tahu dan mengerti bahwa itu adalah ibadah. Apabila istri bersih dan keluarga juga suci dan mereka berzikir, niscaya keluarga  tersebut adalah keluarga yang tidak dimasuki oleh setan, bahkan selalu dikunjungi malaikat yang mulia, yang selalu bertasbih. Ketenangan dan kenyamanan dalam rumah tangga kaum muslimin merupakan tanda keimanan yang kuat dan merupakan simbol kemantapan. Sedangkan kegaduhan, mencela, dan saling mencaci antara suami dan istri adalah sesuatu yang tertolak dalam Islam. Setiap kali rumah terasa tenang, jiwa pun akan merasa nyaman. "Dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang." (QS Ar-Ruum [30]:21)
disamping itu pula istri ideal, jika ia memiliki waktu senggang, akan terlihat elok (anggun) ia menyempatkan diri untuk membantu suaminya. Ia mencari cara agar suami bisa bekerja dengan merasakan ketenangan dan tanpa ada rasa gelisah dalam dirinya. Dengan demikian, rumah tersebut seperti satu jasad yang saling membantu, saling cinta, dan saling memperkokoh, dengan dikendalikan oleh suasana cinta dan kasih sayang.
Inilah metode Islam dalam membangun rumah-rumah kaum muslimin yang mengajak supaya benar-benar  menolong  suami serta ada penghormatan. Namun wanita bukanlah mahkluk yang tidak mengenal istirahat (wanita juga manusia). Oleh sebab itu, suami harus tahu diri agar membantunya dalam semua urusan rumah tangga atau urusan-urusan yang penting. Contohlah Rasulullah saw sebagaimana diceritakan oleh Aisyah, “Beliau selalu membantu keluarganya."
Kisah dibawah ini adalah salah satu contoh wanita atau istri yang baik sekaligus calon penghuni surga.
Pada suatu hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun." Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.
                Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan hairan. "Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah wang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.
                Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.
                Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh wangnya kepada orang itu.
                Pada waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita.".
 
Syamsul Huda:


0 komentar:

Posting Komentar

Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..