Beliau adalah seorang pahlawan terkenal yang gagah berani berasal dari Maluku. Pahlawan Mujahid Islam yang diselewengkan nama besarnya oleh sejarah Indonesia dengan mengganti namanya dengan "Thomas Mattulessy" atau yang lebih dikenal dengan "Kapitan Pattimura".
Asal-Usul Pattimura
Ia dilahirkan dengan nama "Ahmad Lussy". Dalam bahasa Maluku diucapkan dengan nama Mat Lussy untuk mempermudah pengucapan. Beliau lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Seorang bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan, bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.
Mansyur Suryanegara menyebutkan, Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka, yaitu Pattimura.
Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan, sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku.
Perlawanan Muslim Maluku Terhadap Kolonial Belanda
Ketika Kolonial Belanda ingin menguasai Maluku, Ahmad Lussy "Pattimura" bangkit memimpin rakyat Maluku menghadapi ambisi Penjajah yang kala itu membawa misi Gold, Gospel, and Glory (Kekayaan, Agama, dan Imperium).
Perlawanan rakyat Maluku dilakukan, karena kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
Selain itu Belanda menjalankan praktik-praktik monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi, yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Alasan lainnya adalah, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Akibat penderitaan itulah, maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata.
Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.
Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu, Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta.
Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap oleh Belanda. Dan pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.
Sebelum digantung, Kapitan Ahmad Lussy berpesan :
"Nunu oli, Nunu seli, Nunu karipatu, Patue karinunu."
"Saya katakan kepada kamu sekalian, bahwa saya adalah beringin besar. Dan setiap beringin besar akan tumbang, tapi beringin lain akan menggantinya. Demikian pula saya katakan kepada kamu sekalian, bahwa saya adalah batu besar. Dan setiap batu besar akan terguling, tapi batu lain akan menggantiny)."
Distorsi Sejarah Kepahlawan Islam
Namun, keberanian dan patriotisme Pattimura itu, terdistorsi oleh penulisan sejarah versi pemerintah. Ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah nasional Indonesia. Opini tentang Kapitan Ahmad Lussy Pattimura seorang Kristen telah diselewengkan sejak pemerintahan Orde Lama dan dilanjutkan Pemerintahan Orde Baru. Tujuannya tak lain adalah menyingkirkan identitas Islam dari hati kaum muslimin Indonesia.
M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura yang telah menyelewengkan kebenaran sejarah itu. M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Sebuah kejanggalan dalam keterangan diatas pun tercipta. Sapija tidak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan. Kemudian penipuan lain sengaja dilontarkan dengan menambahkan marga Pattimura Mattulessy. Padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. Disana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman.
Jadi, asal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional Indonesia adalah karangan dari Sapija. Sedangkan Mattulessy bukanlah marga, melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy. Dan Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku, alias fiktif atas sebuah propaganda.
Daftar Pustaka :
* http://swaramuslim.net/
* Majalah Suara Hidayatullah Edisi Bulan Agustus 2002 - Ahmad Suryanegara, Pembelokan Sejarah itu Disengaja, Majalah HIKMAH, Minggu I, Agustus 1995 M, 7 - 13 Rabiul Awwal 1416 H. (1A45CB6B-CB6A-8CE2-88BE-0BDBAD5742A81.02.28)
(",)v
Sumber : facebook.com, berbagai sumber lainnya
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..