“Tiada
hari tanpa maksiat”, kata ini mungkin lebih tepat untuk suasana hidup
di zaman ini. Di kantor, di kampus, di jalan, bahkan di rumah sendiri,
fasilitas maksiat tersedia.
Di
kantor, godaan maksiat ada di mana-mana. Teman, orang luar, bahkan
diri sendiri. Jika tidak karena iman, bukan mustahil akan mudah
bermaksiat di hadapan Allah baik dengan terang-terangan atau
tersembunyi. Kesempatan terbuka luas. Jadi kasis kita bisa memanipulasi
uang, jadi pemasaran kita bisa memanipulasi dan korupsi waktu.
Televisi
kita 24 jam menyediakan tontonan penuh fitnah dan umbar aurat. Bahkan
di saat istirahat dan di tempat yang kita anggap aman dari gangguan
mata, masih saja ada kesempatan bermaksiat.
Memang,
meninggalkan maksiat adalah pekerjaan yang tidak ringan. Ia lebih
berat daripada mengerjakan taat (menjalankan yang diperintah oleh Allah
dan Rasul-Nya), karena mengerjakan taat disukai oleh setiap orang,
tetapi meninggalkan syahwat (maksiat) hanya dapat dilaksanakan oleh
para siddiqin (orang-orang yang benar, orang-orang yang terbimbing hatinya).
Terkait dengan hal tersebut Rasulullah Sallallahu aalaihi wa sallam. bersabda: “Orang
yang berhijrah dengan sebenarnya ialah orang yang berhijrah dari
kejahatan. Dan mujahid yang sebenarnya ialah orang yang memerangi hawa
nafsunya.”
Apabila
seseorang menjalankan sesuatu tindak maksiat, maka sebenarnya ia
melakukan maksiat itu dengan menggunakan anggota badannya. Orang yang
seperti ini sejatinya telah menyalahgunakan nikmat anggota tubuh yang
telah dianugerahkan Allah pada dirinya. Dalam bahasa lain dapat
dikatakan, ia telah berkhianat atas amanah yang telah diberikan
kepadanya.
Setiap
kita berkuasa penuh atas anggota tubuh kita, pikiran dan jiwa kita.
Akan tetapi, terkadang, kita begitu susah menggendalikan apa yang
menjadi ‘milik kita’ itu. Tangan, mata, kaki dan anggota tubuh yang
lain, kerap bergerak diluar kendali diri, yang tak jarang bertentangan
dengan idealisme atau nilai-nilai keyakinan yang kita anut dan kita
yakini. Padahal, rekuk relung kalbu kita bersaksi bahwa semua anggota
tubuh itu, kelak akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita di Padang
Mahsyar.
Firman Allah SWT : “Pada
hari ini (Kiamat) Kami tutup mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan memberi kesaksian lah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka lakukan (di dunia dahulu).” (Yassin: 65).
Bagaimana agar kita selamat dari maksiat?
Di bawah ini beberapa ikhtiar, yang bila dijalankan secara sungguh-sungguh, insya Allah membawa faedah.
1. Menjaga Mata
Peliharalah
mata dari menyaksikan pemandangan yang diharamkan oleh Allah SWT
seperti melihat perempuan yang bukan mahram. Hindari, atau minimal
kurangi– untuk pelan-pelan tinggalkan sejauh-jauhnya– melihat
gambar-gambar yang dapat membangkitkan hawa nafsu. Termasuk menjaga
mata, janganlah memandang orang lain dengan pandangan yang
rendah(sebelah mata/menghina) dan melihat keaiban orang lain.
2. Menjaga Telinga
Menjaga
telinga dari mendengar perkataan yang tidak berguna seperti:
ungkapan-ungkapan mesum/kotor/jahat. Poin kesatu dan kedua ini menjadi
tidak mudah di saat di mana gosip telah menjadi komuditas ekonomi.
Gosip telah menjadi kejahatan berjamaah yang dianggap hal yang lumrah
dilakukan, dan wajib ditonton dan disimak. Kehadirannya disokong dana
yang tidak sedikit, dimanajeri, ada penulis skenarionya, ada kepala
produksinya, ada reporternya dan seterusnya.
Rasulullah S.A.W. bersabda : “Sesungguhnya
orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain) adalah
bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga
dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat.”
Oleh karenanya, menjaga mata-telinga adalah pekerjaan yang memerlukan energi dan kesungguhan yang kuat dan gigih.
3.Menjaga Lidah
Lidah
adalah anggota tubuh tanpa tulang yang kerap mengantarkan pada
perkara-perkara besar. Kehancuran rumah tangga, pertengkaran sahabat
karib, hingga peperangan antar negara, dapat dipicu dari sepotong
daging kecil di celah mulut kita ini.
Rasulullah Saw. bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi)
Jagalah
lidah dari perkara-perkara seperti berbohong, ingkar janji, mengumpat,
bertengkar / berdebat / membantah perkataan orang lain, memuji diri
sendiri, melaknat(mncela) makhluk Allah, mendoakan celaka bagi orang
lain dan bergurau( yang mengandung memperolok atau mengejek) orang
lain.
4. Menjaga Perut
Yang
hendaknya selalu di ingat: perut kita bukan tong sampah! Input yang
masuk ke dalam perut akan berpengaruh langsung/tidak langsung terhadap
tingkah laku/sikap/tindakan kita. Karenanya, peliharalah perut dari
makanan yang haram atau yang syubahat. Sekalipun halal, hindari
memakannya secara berlebihan. Sebab hal itu akan menumpulkan pikiran dan
hati nurani. Obesitas (kelebihan berat badan) adalah penyakit modern
sebagai akibat lain dari tidak terkontrolnya urusan perut.
5. Menjaga Kemaluan
Kendalikan sekuat daya dorongan melakukan apa-apa yang diharam kan oleh Allah SWT. Firman Allah-Nya:“Dan
mereka yang selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau apa-apa yang mereka miliki (daripada hamba
jariah) maka mereka tidak tercela.” (Al Mukminun: 5-6)
6.Menjaga Dua Tangan
Kendalikan
kedua tangan dari melukai seseorang (kecuali dengan cara hak seperti
berperang, atau melakukan balasan yang setimpal). Katakan “stop”, pada
tangan, ketika akan bertindak sesuatu yang diharamkan, atau menyakiti
makhluk Allah, atau menulis sesuatu yang diharamkan atau menyakiti
perasaan orang lain.
7.Menjaga Dua Kaki
Memelihara
kedua kaki dari berjalan ke tempat yang diharamkan atau berjalan
menuju kelompok orang atau penguasa yang zalim tanpa ada alasan darurat
karena sikap dan tindakan itu dianggap menghormati kezaliman mereka,
sedangkan Allah menyuruh kita berpaling dari orang yang zalim.
Firman Allah SWT. : ”Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan disentuh oleh api neraka.” (Hud: 113)
Pintu-pintu
bagi masuknya maksiat terbuka lebar pada ketujuh anggota tubuh di
atas. Pun kunci-kuncinya ada dalam genggaman tangan kita untuk
membendungnya. Jadi, semua kembali kepada manusianya. Tentu hamba Allah
yang cerdik, adalah mereka yang mempergunakan amanah tubuh untuk
senantiasa berjalan di atas rel keridhaan-Nya.
Akhirul kalam, ada sebuah hadits Nabi mengatakan, “Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya.” (Riwayat Abu Ya’li). Nah, bagaimana dengan kita? [Ali Athwa/hidayatullah.com]SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar
Dalam memberikan komentar harap jangan menggunakan spam atau yang berbau porno, komentar anda sangat kami hormati,,,trims...Hidup Saling Berbagi..